MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA — Sebanyak apapun potensi ekonomi dan bisnis yang dimiliki oleh Muhammadiyah jika sumber daya manusia yang mengelolanya tidak terkoordinasi dan dikonsolidasikan, maka potensi yang besar tersebut akan terasa dan terlihat biasa-biasa saja.
Oleh karena itu, menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas berharap setelah penyelenggaraan Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah, yang diikuti oleh musyawarah-musyawarah pimpinan di bawahnya untuk membangun suasana baru yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi.
Abbas berharap, di kepemimpinan Muhammadiyah setiap level paling tidak ada satu atau dua yang berlatar belakang pengusaha untuk bisa mengkonsolidasikan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas ekonomi, yang saat ini dalam hematnya masih berserakan.
Menurutnya, jika ada sosok pengusaha akan berani mengambil resiko dalam ekonomi dan bisnis. “Semkin tinggi resikonya, makan sebanding dengan keuntungan yang tinggi. Tetapi jika resikonya rendah, maka keuntungannya juga rendah,” ungkap Abbas mengutip salah satu teori ekonomi yang disampaikan pada, Kamis (17/11) di acara Muhammadiyah Business and Investment Forum di Surakarta.
Tapi selain yang disebutkannya di atas, Abbas mengingatkan bahwa kunci yang paling penting dalam mengerakkan ekonomi dan bisnis berbasis keumatan adalah berpegang teguh kepada tali Allah dan bersatu, supaya tidak berpecah belah. Menurutnya, ajaran Islam tersebut masih kuat pada slogan ketimbang aktualisasi tindakan.
Termasuk dalam pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) juga harus ada konsolidasi baik yang berkaitan dengan cara pengumpulan maupun pentasyarufan. Besarnya potensi ZIS umat Islam seringkali luput dan jarang mencapai target pengumpulan maksimal. Oleh karena itu, untuk mendukung ini dirinya mendorong penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pengelolaan ZIS.
“Ini merupakan sesuatu yang bisa, cuma untuk mewujudkannya diperlukan ilmu, diperlukan pengalaman.” Ungkapnya.
Abbas juga mengajak kepada para kader persyarikatan yang saat ini berserakan untuk kembali ke Muhammadiyah, dengan momentum Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah ini. Dia juga mengutip slogan KH. Ahmad Dahlan, bahwa jadilah apapun namun kalian harus tetap kembali ke Muhammadiyah.