MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Upaya mewujudkan kesehatan masyarakat Indonesia dengan menekan angka perokok tidaklah mudah. Prevalensi perokok usia 10-18 tahun di Indonesia meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018.
Angka tersebut diproyeksikan naik sampai 15,95 persen pada 2030 jika tidak ada pencegahan kuat dari pemerintah. Apalagi, sebagian masyarakat mengalami tren peralihan pada rokok elektrik.
Memandang masalah ini, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mendorong gerakan pengendalian tembakau Muhammadiyah (MTCN, Muhammadiyah Tobacco Control Network) menghadirkan berbagai terobosan kreatif.
“Ke depan, tantangan ini semakin berat. Kalau kita melihat angka-angka bagaimana merokok itu dan dampaknya pada kesehatan, kita justru melihat angka yang alarming, terutama perokok di generasi muda,” jelasnya dalam forum MPKU, Sabtu (12/6).
Kreativitas sebagai langkah persuasif menurutnya sangat diperlukan sebab di masyarakat telah terjadi pergeseran budaya. Jika dulu perempuan yang merokok di tempat umum dipandang negatif, hari ini pandangan semacam itu hampir tidak ada.
Abdul Mu’ti lantas mengisahkan beberapa terobosan di negara-negara luar agar menjadi bahan kajian dan kreativitas MTCN. Di Arab Saudi misalnya, iklan rokok diikuti dengan ayat 195 Surat Al Baqarah yang artinya,
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
“Berbagai tantangan itu semkain berat kita lihat dan ini menjadi the next agenda setelah WHO (World Health Organization) memberikan penghargaan pada MTCN ini,” jelas Mu’ti.
Hits: 26