MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Akidah tauhid Muhammadiyah diajarkan dalam kerangka al-‘urwatul wutsqa. Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas mengatakan bahwa al-‘urwatul wutsqa adalah pegangan paling kuat dalam memeluk Islam sehingga menjadi pedoman penghayatan dan pengalaman agama Islam.
Dalam Al-Quran terdapat dua ayat yang menyebutkan al-‘urwatul wutsqa dengan unsur-unsurnya terdiri atas Iman, Islam, dan Ihsan yaitu QS. Al Baqarah ayat 256 dan Luqman ayat 22. Sedangkan urut-urutan al-‘urwatul wutsqa dalam hadis terdapat di riwayat Muslim dari Sahabat Umar bin Khattab yaitu Islam, kemudian Iman, dan Ihsan.
Hamim menjelaskan bahwa makna Islam berarti ketundukan untuk mewujudkan hidup baik di dunia dan akhirat. Berdasarkan hadis riwayat Umar bin Khattab, ketundukan di sini berarti kepatuhan dalam ibadah khusus (mahdlah), di antaranya: syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji.
“Salat itu ibadah khusus puncak ketundukan yang menjadi pangkal moralitas publik menyebarkan kedamaian, rahmat Allah dan berkat-Nya. Ini diambil dari makna salat diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berarti penyebaran perdamaiannya luas termasuk dalam tempat kerja,” kata Hamim dalam Pengajian Tarjih edisi 141 pada Rabu (22/09).
Sedangkan Iman adalah keyakinan untuk mewujudkan hidup baik di dunia dan akhirat. Hamim menambahkan bahwa iman adalah kepercayaan yang potensial membuat aman dan damai dan aktual membuat manusia memiliki amanah atau trust dalam kehidupan pribadi, sosial, dan alam. Dalam hadis riwayat Umar bin Khattab, iman terdiri dari iman kepada Allah, malaikat, kitab suci, para rasul, hari kiamat, dan qadar.
“Iman kepada Allah berarti kepercayaan yang menjadi pangkal mewujudkan integritas pribadi, integritas sosial, dan integritas intelektual. Artinya, dengan keimanan ini mewujudkan anti thagut berupa setan, anti thagut berupa Firaun dan tokoh-tokoh tiran lainnya, dan anti thagut berupa dukun,” ujar dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Sementara itu, Ihsan adalah pengabdian untuk mewujudkan hidup baik di dunia dan akhirat. Pengabdian manusia kepada dengan kedudukan ihsan dilaksanakan dengan peran-peran sebagai pribadi, hamba Allah, anggota keluarga, warga komunitas, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.
“Tidak cukup kita berhenti peran kita sebagai warga masyarakat atau warga negara. Pasalnya, ketika ada wacana pemanasan global, maka kita kita berperan sebagai warga dunia bagaimana caranya berkontribusi untuk mengurasi risiko dari pemanasan global tersebut,” ujar Hamim.