MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Anggota DPR RI fraksi PAN- DAPIL Sulsel II, Andi Yuliani Paris menilai tahun 2024 adalah peluang dimana ‘Aisyiyah dapat terlibat dalam percaturan politik dalam rangka mewujudkan tantangan 30 persen perempuan di parlemen. Hal ini disampaikannya dalam webinar FGD Politik, tantangan ‘Aisyiyah menghadapi pemilu 2024 (20/8).
Menurut Yuliana, Mengapa perempuan harus masuk parlemen? Dikarenakan di Indonesia, perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan punya kebutuhan-kebutuhan khusus untuk diperjuangkan baik itu di legislasi, di DPR, kemudian yang terkait dengan anggaran kebutuhan perempuan, baik pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, atau hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan melalui legislasi.
“Perolehan suara di 2009, 2014, 2019 rata-rata ada sedikit peningkatan tapi tidak begitu signifikan hanya satu persen. tentunya aisyiah harus percaya diri karena merupakan organisasi perempuan paling besar dan cukup lama, cukup senior, artinya dengan kekuatan jumlah anggota, kita tidak perlu khawatir dengan calon lain yang mungkin di backup oleh kepala daerah atau kekuasaan. saya yakin kalau aisyiah bersatu pasti bisa menempatkan kader kadernya baik di DPRD kabupaten/ kota, di DPRD provinsi maupun di DPR RI , jadi kita coba hitung kekuatan aisyiah kita berikan pendidikan politik, edukasi, untuk menyamakan persepsi di 2024” Ungkapnya.
Disamping ‘Aisyiyah mempunyai kekuatan yang luar biasa, ‘Aisyiyah aktif bergerak di bidang pendidikan, pelayanan sosial, usaha-usaha hanya saja belum bisa masuk ke ranah politik. Padahal DPR atau DPRD mempunyai tiga fungsi yang luar biasa, yaitu menentukan anggaran, legislasi, dan pengawasan kepada pemerintah, Sehingga apa yang diperjuangkan kader ‘Aisyiyah akan menjadi kekuatan yang besar.
Ada enam faktor penunjang literasi politik untuk mengoptimalkan kuota 30 persen. Pertama, penguatan literasi politik yang menyasar perempuan. Kedua, mendorong pemerintah untuk menetapkan kuota 30 persen perempuan di parlemen, bukan 30 persen caleg perempuan. Ketiga, mendorong media memberikan edukasi kepada publik terkait urgensi perempuan dalam dunia politik. Keempat, mendorong perempuan untuk terus melanjutkan pendidikan hingga ke pendidikan tinggi. Kelima mendorong lembaga atau gerakan perempuan untuk melakukan aktivitas literasi politik dan pemberdayaan perempuan. Keenam, mendorong partai politik untuk mengarusutamakan perempuan dalam kaderisasi dan pendidikan politik.
“Tantangan mewujudkan 30 persen perempuan di parlemen, adalah tugas bersama, dan kita akan bisa bergandengan tangan dengan ‘Aisyiyah dengan memberikan literasi politik, tentang apa itu politik, hak-hak politik, gagasan, bahasa politik, sehingga ada progres dalam menggunakan bahasa politik, kita harus bisa menguasai bahasa politik. Saya berharap dengan webinar yang dilakukan oleh aisyiah kita harus berbicara apa yang harus kita lakukan ke depan, bagaimana kita harus menyiapkan kader-kader perempuan, ‘Aisiyah berapa kader perempuannya? harus sudah detail, di provinsi ini, untuk DPRD provinsi, DPRD kabupaten, siapa yang mau diusulkan oleh ‘Aisyiyah’’. Harap Yuliani (Mutiah/Syifa)