MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Nama aslinya Muhammad Darwis. Pada 1883 ia berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama. Ia juga sempat mempelajari gerakan-gerakan pembaruan Islam yang saat itu tengah populer. Ahmad Dahlan belajar dan mengkaji pemikiran tokoh-tokoh pembaruan seperti Jamaluddin al-Afghani, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Rida.
Buah dari berdiaspora menuntut ilmu sampai ke Timur Tengah mengilhami Kyai Dahlan agar ilmu yang didapat harus diamalkan. Ia berpandangan bahwa amal akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. “Beliau adalah orang yang tidak saja hanya selesai pada ilmu, tapi ia juga berpandangan ilmu itu harus diamalkan,” kata Aly Aulia dalam acara Napak Tilas Akhlak Dakwah Ulama Nusantara pada Selasa (29/12).
Direktur Madrasah Muallimin Yogyakarta ini menuturkan bahwa Kyai Dahlan merupakan sosok yang seimbang. Kyai Dahlan bukanlah sosok yang hanya mementingkan ibadah yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan dan kepentingan diri sendiri. Pendek kata, kesalehan jenis ini hanya ditentukan berdasarkan ukuran serba formal, yang mementingkan hablu min Allah, tidak disertai hablum min al-nas.
Selain pribadi yang saleh, Kyai Dahlan juga kerap melakukan pembelaan terhadap kaum miskin dan tertindas. Kesalehan individu dan keterlibatannya dalam memutus rantai kesenjangan sosial sudah menjadi bagian integral dari perjalanan hidupnya. “Pribadi Ahmad Dahlan yang memang secara khusus ada di antara suci diri dan manfaat sosial. Jadi, dia sebagai pribadi yang seimbang,” tutur Aly.
Estafet amal dan perjuangan Kyai Dahlan kemudian dilanjutkan oleh organisasi Muhammadiyah. Secara perlahan, karya dan amal usaha Muhammadiyah semakin berkembang. Perkembangan tersebut menandakan kreatifitas dan ketajaman analisa Kyai Dahlan terhadap problema sosial yang dihadapi umat Islam Indonesia pada saat itu. Hal itu juga merupakan salah satu indikasi keberhasilannya dalam menerjemahkan nilai-nilai ajaran al-Qur’an dalam bentuk kearifan sosial.
Setidaknya ciri KH. Dahlan itu, kata Aly, memiliki keilmuan yang mempuni, kesalihan yang baik, dan keterlibatan yang nyata pada masyarakat. (ilham)
Hits: 11