MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono menyayangkan lemahnya penanganan pandemi di sektor hulu.
Menurut Pandu, sektor hulu seperti pencegahan, pelacakan, isolasi hingga pemberlakuan karantina wilayah lebih utama dilakukan daripada sektor hilir. Apalagi, sistem kesehatan di tanah air dianggapnya belum begitu memadai dan terjangkau bagi seluruh rakyat.
“Jadi selama keran air yang mengalir itu kita tidak berhasil kunci, airnya akan deras sekali seperti sekarang, apapun yang kita lakukan itu tidak akan bisa mengatasinya apalagi dengan adanya varian Delta. Mau rumah sakit tambah ditambah, mau ICU ditambah, apapun itu, kita tetap tumbang,” jelas Pandu.
Dalam forum LHKP PP Muhammadiyah Menakar Kebijakan PPKM, Rabu (21/7) Pandu berharap pemerintah terus menggenjot strategi hulu. Mengingat, selama beberapa pekan terakhir jumlah testing diketahui malah terus menurun.
“Kemudian bagaimana mengubah perilaku manusia. Investasinya kemudian bagaimana mengajak masyarakat untuk sederhana saja 3 M, wajib pakai masker itu kemanapun mereka pergi kalau beraktivitas. Itu lemah sekali. Kita masih melihat bagaimana perilaku penduduk tidak menyadari bahwa ini pakai masker penting. Kelemahannya adalah memang sistem yang dilakukan oleh pemerintah tidak pernah mengajak peran serta masyarakat secara total bahwa ini adalah perang bersama. Jadi seharusnya yang kita lakukan adalah masyarakat itu garda terdepan. The community is the frontline for every outbreak response. Itu sudah menjadi rumus yang harus dilakukan. Tetapi investasi ke sana ga ada, upaya ke sana ga ada,” kritiknya.
Selain pelacakan, Pandu juga mendorong program vaksinasi digenjot sekuat mungkin. Saat ini, upaya di sektor hulu lebih utama dilakukan daripada menggagas berbagai hal yang dianggap berada di awang-awang.
“Karena kita jangan ngomong herd immunity-lah ga ada gunanya ngomong seperti itu. Cuma retorika yang ga perlu. Kita kebanyakan retorika. Habis PPKM, mau PPKM level one, darurat, itu semuanya retorika. Kenapa? Karena yang melaksanakan itu nggak ngerti apa yang seharusnya dilakukan. Itu problem terbesar dari pemerintahan kita. Yang melaksanakan itu tidak faham apa yang harus dilaksanakan, apa yang harus dimonitoring, apa yang harus dievaluasi. Ini yang menjadi kendala kenapa hampir di seluruh dunia sepakat bahwa Indonesia menjadi episentrum baru Covid-19,” kritik Pandu.
“Jangan anggap remeh, jangan pikirkan pertimbangan-pertimbangan yang tidak relevan. Tekanan-tekanan akan selalu ada tetapi pengambilan keputusan harus mengutamakan keselamatan rakyat. Itu yang paling penting. Setiap nyawa itu berharga. Kita selamatkan satu nyawa demi satu nyawa,” pesan Pandu.
“Kalau kita tidak begitu, itu nanti akan menjadi problem terbesar di dalam pandemi ini dan akan lebih panjang di Indonesia. Negara lain bisa menekan sementara kita problemnya masih problem yang sangat dasar bahwa masyarakat tidak sadar, respon pemerintah belum terkoordinasi, penularan masih terus berjalan, sampai kapan? sampai pemerintahan Jokowi berakhir pun mungkin kita belum mengendalikan pandemi kalau kita nggak berubah,” tutup Pandu.
Hits: 3