MUHAMMADIYAH.OR.ID, SUMEDANG— Wajah punk di Indonesia hari ini berubah drastis dibanding akhir 1990-an. Punk Islami mulai muncul setelah kejatuhan rezim Orde Baru pada tahun 1998. Punk Muslim adalah sebuah band punk lokal yang merepresentasikan wajah baru gerakan punk di Indonesia. Sayangnya, komunitas ini lebih banyak digerakkan oleh ajaran-ajaran Islam konservatif.
Menurut Hikmawan Saefullah, munculnya fenomena Punk Muslim merupakan satu contoh bahwa dakwah agama telah memasuki babak yang sangat tajam. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia harus mampu berkompetisi dengan gerakan Islam transnasional lainnya agar dakwah agama didominasi warna moderat.
“Secara sosiologis, ranah agama, khususnya dakwah, telah memasuki ranah kompetisi yang sangat tajam di mana Muhammadiyah berkompetisi dengan kelompok Islam lain. Untuk mampu berkompetisi, Muhammadiyah harus memahami pasar agama yang sedang berkembang,” ujar dosen Univesitas Padjadjaran ini dalam Seminar Pra Muktamar pada Kamis (10/03).
Hikmawan menyarankan agar Muhammadiyah beradaptasi secara radikal dengan perubahan media yang terus berkembang sangat pesat. Khususnya, pemanfaatan media baru yang digunakan secara intensif oleh generasi muda Muslim di Indonesia.
“Diperlukan strategi yang terarah, sistematis, dan fleksibel untuk menciptakan ruang publik Islam yang mampu memfasilitasi seluruh aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama di masa ketika ketimbangan sosial dan ekonomi berdampak kepada kehidupan mereka sehari-hari,” kata Hikmawan.
Strategi ini, kata Hikmawan, harus dibareng dengan respon riil Muhammadiyah terhadap isu-isu ekonomi politik yang terus berkembang di Indonesia dan berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, yaitu: mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan taraf kesejahteraan, meminimalisir ketimpangan sosial, memperluas akses masyarakat kepada pendidikan dan kesehatan.