Oleh: Haryono Kapitang*
Judul Buku : Muhammadiyah Mencerdaskan Anak Bangsa
Penerbit : UAD Press
Tahun Terbit : 2020
Penyusun : Farid Setiawan
Tabel Buku : 200 halaman
ISBN : 978-602-0737-58-4
Buku berjudul Muhammadiyah Mencerdaskan Anak Bangsa, yang ditulis oleh Farid Setiawan adalah persembahan untuk kado Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo. Buku ini memberikan gambaran tentang komitmen serta kontribusi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
Buku ini menyajikan data-data dan fakta-fakta sejarah tentang sepak terjang Muhammadiyah. Dari segi pembahasan, buku ini terbagi menjadi tiga bab. Bab pertama membahas aspek historis, bab kedua membahas mengenai tata kelola (manajemen), dan bab ketiga membahas terkait komitmen Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa.
Sejarah Pendidikan Muhammadiyah
Pada bab pertama terdapat beberapa sub pembahasan, di antaranya sejarah dan dinamika pendidikan Muhammadiyah. Mulai dari perjalan pembentukan sistem pendidikan TK ABA periode awal hingga persentuhan Muhammadiyah dengan aturan-aturan pemerintah kolonial Belanda.
Di bab ini, pembaca akan menemukan fakta dan pergulatan sejarah bagaimana Muhammadiyah membangun peradaban pendidikan yang berkemajuan. Tidak hanya itu, konsepsi pendidikan yang dibangun oleh Muhammadiyah juga terdapat nilai-nilai yang menumbuhkan semangat nasionalisme.
Farid juga menggambarkan bahwa pendidikan Muhammadiyah tidak hanya sekedar transfer pengetahuan (transfer of knwoledge), melainkan juga transfer nilai-nilai (transfer of values) dan pengalihan prinsip-prinsip (transfer of principles).
Berdasarkan hal demikian, lembaga pendidikan Muhammadiyah disebut sebagai “sekolah misi”. Oleh sebab itu, lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah terikat kuat dengan akar kesejarahannya. Farid kemudian menekankan pentingnya upaya membedah dan mendalami sejarah guna menggerakkan memahami spirit pendidikan Muhammadiyah yang lebih maju.
Muhammadiyah Corner
Sub-pembahasan pada bab kedua, antara lain membangun budaya mutu, revitalisasi manajemen, kepemimpinan kolektif-kolegial, mengelola konflik, menyoal USBN PAI, kemandirian ekonomi sekolah, angkringan kejujuran, dan Muhammadiyah Corner di sekolah.
Pada bab ini pembaca akan disuguhkan dengan kriteria pengelolaan lembaga pendidikan dan kepemimpinan yang ideal, kemudian juga mengenai problem manajemen dalam pendidikan, sekaligus desain pendidikan yang menekankan pada penanaman dan pengembangan krakter peserta didik.
Lebih dari pada itu, di bab ini penulis juga menyoroti tentang pengembangan mutu pendidikan Muhammadiyah dan pentingnya mengejawantahkan kualitas mutu pendidikan Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal demikan agar kata dan laku tidak mengalami keretakan. Di sisi lain, ketidakmampuan para pemangku-kepentingan dalam membaca dinamika perkembangan zaman mengakibatkan stagnasi kualitas mutu pendidikan. Selain itu yang juga menjadi konsentrasi dalam manajemen pendidikan Muhammadiyah ialah ketersediaan informasi-informasi mengenai Muhammadiyah itu sendiri dalam suatu ruangan yang disebut dengan Muhammadiyah Corner.
Pusat informasi mengenai Muhammadiyah ini dibuat dalam rangka membumikan peradaban Muhammadiyah, sebagai bentuk penghargaan atas sejarah Muhammadiyah. Meskipun pada faktanya Muhammadiyah corner belakangan ini kurang mendapatkan perhatian serius.
Komitmen Muhammadiyah pada Pancasila
Pada sub-bab pembahasan ketiga penulis menjabarkan data dan fakta tentang komitmen Muhammadiyah dalam membangun dan merawat negara pancasila. Hal tersebut bisa dilihat dalam sebuah rumusan yang disepakati saat muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada awal bulan Agustus tahun 2015.
Salah satu rumusan konsep yang disepakati di forum itu ialah konsep tentang Pancasila sebagai Darul Ahdi wa-al Syahadah. Di sisi lain, kehadiran lembaga-lembaga pendidikan hampir di seluruh Indonesia menjadi bukti nyata komitmen Muhammadiyah dalam membangun bangsa ini.
Lebih jauh, Muhammadiyah juga merumuskan program inklusi di sekolah. Konsepsi demikian lahir sebagai upaya untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang tidak membeda-bedakan pelajar dalam sekolah reguler. Maka dari itu, sekolah reguler perlu menerima dan mengakomodir semua pelajar, baik yang normal maupun ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Hal di atas selaras dengan amanat UUD 1945 bahwa setiap warga negara mendapatkan hak pendidikan yang sama. Ini bisa dibuktikan dengan penerapan konsep tersebut di beberapa sekolah Muhammadiyah seperti SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, dan lainnya
Berangkat dari konsep demikian, sekolah-sekolah Muhammadiyah menempatkan institusinya sebagai rahmat. Pernyataan itu mengandung unsur penting yang sering digaungkan oleh Muhammadiyah, yakni welas asih (rasa kasih) dan memberikan kebaikan.
Pendidikan Ramah Lingkungan Muhammadiyah
Sub-bab lain yang dijabarkan dalam buku ini ialah berkaitan dengan pendidikan ramah lingkungan. Konsep semacam ini adalah bentuk kepedulian Muhammadiyah terhadap lingkungan yang dielaborasikan ke dalam dunia pendidikan.
Ada satu produk yang kemudian dikeluarkan dalam bentuk buku oleh Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bekerja sama dengan Kementrian Lingkungan Hidup, yang berjudul Akhlaq Lingkungan; Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan. Itu dilakukan sebagai upaya sadar akan pentingya menjaga dan merawat lingkungan.
Pada bab ini juga membahas mengenai cara Muhammadiyah menyelesaikan problem kekerasan di sekolah tanpa menggunakan kekerasan, melainkan dengan pendekatan humanis yang edukatif. Sub-bab terakhir yang penulis jabarkan dalam buku ini ialah berkaitan dengan perlindungan terhadap profesi guru.
Menjaga Mutu Sekolah Muhammadiyah
Di buku ini juga Farid menyoroti perayaan Hari Guru Nasional (HGN) setiap tanggal 25 November yang hanya menjadi acara serimonial tahunan. Keadaan demikian menandakan kurangnya kesadaran untuk memberi penghargaan terhadap peran dan jasa-jasa guru. Perlu adanya program dan regulasi yang dibuat secara spesifik untuk menghargai kontribusi guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Buku ini memiliki kelebihan pada pendalaman isi dan banyak informasi-informasi yang didapati mengenai peran besar Muhammadiyah dalam memajukan bangsa dalam aspek pendidikan, semenjak Muhammadiyah didirikan sampai saat ini. Selain itu, keberanian dan kejelian penulis dalam mengungkap data-data klasik yang dipadukan dengan teori kontemporer menjadi nilai lebih dari buku ini, sehingga buku ini sangat layak untuk dibaca dan menjadi refleksi dalam memperbaiki kualitas pendidikan Muhammadiyah.
Sementara kekurangan dari buku ini, menurut saya terletak pada banyaknya penggunaan diksi-diksi ilmiah yang hanya dipahami oleh kalangan akademisi. Hal demikian membuat buku ini akan sulit dipahami oleh kalangan umum akan makna dari setiap diksi ilmiah yang dipakai.
*Aktivis Muhammadiyah dan wakil ketua Devisi Litbang PUNDI (Pegiat Pendidikan Indonesia) sekaligus menjadi editor di pundi.or.id. Saat ini penulis menetap di Yogyakarta guna melanjutkan jenjang pendidikan S2
Editor: Fauzan AS