MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAGELANG—Ingin lahirkan ulama-ulama yang paham seni dan budaya, dan ingin lahirkan budayawan yang mengerti agama, Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bercita-cita membangun Pusat Kebudayaan Indonesia.
Demikian disampaikan oleh Ketua LSBO PP Muhammadiyah, Sukriyanto AR. Putra Pak AR Fachruddin ini berharap, dengan lahirnya ulama yang paham seni dan budaya bisa menciptakan panorama dakwah yang lebih atraktif dan tidak mudah membid’ahkan. Ulama dengan kapasitas tersebut di sisi lain juga sebagai anomali juru dakwah takfiri.
“Kalau dulu para wali banyak yang mengislamkan orang, maka sekarang ini banyak orang-orang yang merasa ngerti agama, tapi kerjaannya mengeluarkan Islam, dikafirkan, dibid’ahkan,” ungkapnya pada (19/12) di acara Penutupan Pekan Seni Mahasiswa (PSM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (PTMA).
Di sisi lain, mendekatkan Islam ke budayawan dan seniman diharapkan supaya karya seni yang mereka hasilkan tidak bertentangan dengan Agama Islam. Oleh karena itu, Syukri berharap LSBO ini kedepan bisa berubah bentuk dari lembaga menjadi majelis. Itu dimaksudkan supaya dakwah kultural yang dilakukan oleh Muhammadiyah terjadi lebih massif sampai akar rumput.
“Sekaligus berkreasi membangun Indonesia, dan mengulangi kesuksesan yang dialami oleh para wali,” tuturnya.
Melalui diselenggarakannya PSM PTMA ke-V tahun 2021 di Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) ini bisa semakin banyak melahirkan anak muda Muhammadiyah yang bisa berdakwah secara kreatif, melalui seni dan budaya yang baik dan menarik. Sehingga, dalam berdakwah bisa mencerahkan umat Islam dan sekaligus memajukan bangsa Indonesia.
Semenara itu, Prof. Sutrisno Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah menjelaskan, untuk mencapai hidup yang stabil di era revolusi industri 4.0 tetap tidak bisa dilepaskan dari kesenian dan kebudayaan. Menurutnya, antara kemajuan teknologi informasi dengan seni dan budaya harus diseimbangkan untuk menyambut masa depan.
“Para mahasiswa dengan berbagai macam kecerdasan ini memiliki peluang yang luar biasa untuk menganyam berbagai macam kecerdasan, kecerdasan buatan, kemudian dikaitkan dengan seni, dikaitkan dengan kebutuhan era milenial sekarang,” tuturnya.
Membangun kecerdasan publik sekarang ini, kata Sutrisno, tidak bisa hanya melulu melalui pendekatan akademik. Melainkan harus ada akselerasi model-model pendekatan, misalnya dengan menggabungkan pendekatan seni yang dikolaborasikan dengan IT. Menurutnya, model pendekatan seperti itu akan lebih menarik bagi generasi era milenial dan pasca milenial.