MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Hilman Latief resmi dilantik oleh Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas untuk mengemban amanah sebagai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU). Acara pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan berlangsung di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta pada Jum’at (01/10).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Prof Hilman Latief tepat mendapatkan tugas sebagai Dirjen PHU Kemenag.
“Sebagai kader Muhammadiyah dan warga bangsa Ia memiliki kualitas integritas, keilmuan, profesionalitas, relasi, manajerial, dan persyaratan lainnya yang objektif. Letakkan posisi di pemerintahan tersebut secara wajar dan proporsional untuk kepentingan umat, bangsa, dan negara. Jabatan tersebut merupakan pengkhidmatan khusus memajukan urusan haji dan umrah yang menjadi hajat hidup umat bukan hanya di negeri ini tetapi juga terkait dunia Islam,” tutur Haedar.
Bagi Muhammadiyah, lanjut Haedar, setiap kader yang profesional di berbagai bidang layak menempati posisi-posisi penting di lingkungan pemerintahan maupun dunia swasta, mereka memiliki persyaratan-persyaratan objektif bagi kepentingan publik.
“Sejak awal kemerdekaan orang-orang berkeahlian dari Muhammadiyah memperoleh amanat kenegaraan seperti Menag pertama Prof HM Rasyidi, Ketua KNIP dan Jaksa Agung pertama Mr Kasman Singodimedjo, Mensos Mulyadi Djoyomartono, dan lain-lain. Demikian halnya di masa Orde Baru seperti Menag Prof Mukti Ali, Munawwir Sadzali, dan Tarmizi Tahir. Sama halnya di masa reformasi dari periode ke periode dari pusat sampai daerah di berbagai lini dan lingkaran,” imbuh Haedar.
Karenanya, Haedar meminta agar jabatan-jabatan publik itu disikapi secara wajar serta tidak perlu ada pikiran-pikiran negatif.
“Muhammadiyah itu organisasi besar dan berusia lebih satu abad dengan kiprah yang luas di berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan, keumatan, kebangsaan, kenegaraan, bahkan di ranah global. Orang-orang Muhammadiyah lebih-lebih kader dan elitenya juga harus menempatkan diri secara elegan di pelataran yang luas sejalan kepribadian layaknya berada di organisasi besar dengan tradisi besar. Bukan menempatkan Muhammadiyah seperti organisasi kecil dengan tradisi kecil, yang menjauh dari dinamika kehidupan. Orang Muhammadiyah harus proaktif dan positif memerankan diri dalam kehidupan yang mesti dijalani sebagai aktualisasi ibadah dan kekhalifahan di muka bumi,” papar Haedar.
Karenanya, Haedar percaya di manapun kader Muhammadiyah berkiprah, baik di dalam maupun di luar, tentu mampu menjaga marwah sekaligus mengembangkan peran yang konstruktif yang bermaslahat untuk mengemban misi Persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
“Silakan berdiaspora dan berkiprah secara luas di berbagai lapangan kehidupan dengan kekuatan iman, akhlak, ilmu, profesi, dan segala kemampuan yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak sesuai hadis Nabi “Sebaik-baiknya manusia ialah yang memberi manfaat bagi sesama”, sekaligus menebar misi rahmat bagi semesta alam,” tutup Haedar.