MUHAMMADIYAH.ID, SIDOARJO – Berkaitan dengan Milad ke-37 tahun Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), Mantan Rektor UMSIDA (2006—2014) Prof. Dr. Achmad Jainuri meluncurkan buku berjudul “A Socio-Religious Change In The Muslim Countries.”
Selain menyampaikan selamat, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti juga menyampaikan ulasan dan beberapa catatan atas buku tersebut yang disampaikan secara daring, Rabu (8/9).
“Pertama, Pak Jainuri menghadirkan kajian historis-sosiologis yang sangat lengkap tentang bagaimana perubahan sosial keagamaan itu terjadi di negara-negara muslim mulai dari Bani Abbasiyah sampai masa sekarang. Jadi ini buku yang melintasi beberapa abad,” nilainya.
Catatan penting kedua, buku tersebut menurut Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa upaya membumikan agama Islam yang selaras dengan peradaban justru terjadi di negeri-negeri yang jauh dari Makkah atau Arab Saudi.
“Yang menarik dalam konteks itu, banyak negara yang ada di pusat jantung Islam ternyata tidak melakukan pembaruan karena merasa berada di jantung atau center of Islam,” jelasnya.
Negeri-negeri seperti India, Iran, Mesir, Uni Soviet hingga Indonesia justru memiliki peran penting dalam membawa wajah Islam yang plural dan ramah dengan kebudayaan dan agama yang berbeda.
Catatan ketiga, buku karya Profesor Jainuri itu menurutnya mengungkapkan genealogi (riwayat) Islam yang datang ke Indonesia. Buku ini menurut Mu’ti mengungkapkan bahwa pembaruan di dunia Islam termasuk Islam di Indonesia tidak selalu berporos pada Arab Saudi dan Mesir. Termasuk menyinggung perbedaan teori pembaruan Muhammadiyah.
“Tulisan Pak Jainuri ini memberikan kepada kita perspektif yang tidak banyak dipahami orang mengenai geneologi dan interaksi pembaruan dalam dunia Islam. Selama ini banyak kajian yang mengaitkan pembaruan dalam dunia Islam itu selalu berporos pada Makkah dan Mesir (Kairo),” tuturnya.
Lebih jauh, buku ini menurut Mu’ti menguji beberapa perbedaan pandangan dari mana dan dari siapa agama Islam masuk ke Indonesia diperbandingkan dengan kultur sosial cara beragama masyarakat Indonesia. Teori Arab, Gujarat, Persia, dan India menurutnya masih sangat terbuka diperbincangkan.
“India itu dalam konteks Islam di Indonesia itu ada dua makna. Pertama soal the origin of Islam in Indonesia. Sampai sekarang presence of Islam itu masih jadi bagian dari historical and intelectual discourse untuk tidak mengatakan dispute. Karena sekarang masih ada beberapa teori terutama dari jejak-jejak sejarah. Terakhir Presiden (Jokowi) meletakkan prasasti di Barus yang dijadikan sejarawan sebagai masuknya Islam pada masa Umar atau Ustman yang singgah di Sumatera,” jelasnya.