MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Organisasi perempuan muda milik Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah merayakan milad yang ke-93 tahun hari ini, Sabtu (7/8).
Dirayakan secara daring, milad organisasi yang telah berdiri sejak 28 Dzulhijjah 1345 Hijriyah atau 16 Mei 1931 Masehi ini mengambil tema “Khidmat Perempuan dalam Dakwah Kemanusiaan.”
Membuka perayaan milad, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) Diyah Puspitarini menyampaikan bahwa tema ‘khidmat’ merujuk pada perjalanan Nasyiatul Aisyiyah dari lahir hingga hari ini yang semua itu bermuara pada satu frasa: dakwah kemanusiaan inklusif.
“Dalam asas gerakan Nasyiatul Aisyiyah yang mencakup: asas keislaman, asas dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, asas pemberdayaan kader, asas kemasyarakatan dan asas ketinggian ilmu, kesemua asas ini menjadi spirit gerak dan program Nasyiatul Aisyiyah di berbagai aksinya,” tutur Diyah.
“Asas inilah yang menjadi penguat dalam tema milad tahun ini, bahwa khidmat perempuan yang didasarkan pada asas gerakan Nasyiatul Aisyiyah akan menghasilkan spirit dakwah yang lebih manfaat dan bermartabat, tidak hanya terbatas pada pujian dan sanjungan, namun mengentaskan persoalan dasar kemanusiaan yang terjadi di lingkungan sekitar, di Indonesia atau masyarakat dunia internasional,” imbuhnya.
Dari tahun 1931, Nasyiatul Aisyiyah hingga saat ini telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan, kemasyarakatan dan ekonomi menjadi kegiatan yang menonjol disamping dakwah dan perkaderan.
“Khidmat perempuan dalam dakwah kemanusiaan adalah visualisasi sebagai simbol bertahan, simpati, solidaritas dan upaya tetap menjalankan roda gerak organisasi Nasyiatul Aisyiyah, meski dalam keterbatasan di masa pandemi ini,” jelasnya.
Lima Pesan Pokok untuk Kader Nasyiatul Aisyiyah dan 1 Pesan Khusus untuk Pemerintah
Kepada para kader, Diyah Puspitarini menyampaikan tiga pesan khusus dalam peringatan milad ini.
Pertama, kondisi pandemi seharunya membuat kader Nasyiatul Aisyiyah untuk berbuat aktif dalam menjaga salah satu maqashid syariah (tujuan syariat) yakni hifdzun nafs atau menjaga jiwa. Baik melalui upaya pencegahan hingga penanganan Covid-19.
“Satu hal yang tidak terlupa adalah kader Nasyiatul Aisyiyah harus melakukan vaksin sebagai bentuk ikhtiar perlindungan diri dan tetap patuhi protokol kesehatan,” pesannya.
Kedua, para kader diharapkan untuk saling membantu, tolong menolong dalam menggerakkan organisasi dengan rasa simpati yang ditunjukkan dengan kepedulian antar sesama beserta keluarga dan lingkungannya.
“Maka penguatan keluarga sebagai salah satu solusi berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan pendidikan di masa pandemi harus lebih difokuskan kembali, salah satunya dengan masifikasi gerakan Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul Aisyiyah (KMTNA),” kata Diyah.
Ketiga, para kader diharapkan untuk berkontribusi dengan memberikan apapun yang bisa diperbuat sesuai disiplin ilmu dan profesinya untuk menangani pandemi.
“Terkhusus bagi yang menjadi relawan tim covid dari mulai pemulasaran jenazah hingga menjadi tim dapur umum, tetaplah memberikan yang terbaik, karena yang kita lakukan adalah solusi riil mengatasi pandemi,” tutur Diyah.
Keempat, para kader diharapkan selektif dalam mendapatkan informasi tentang Covid dan pantang menjadi penyebar berita hoax covid yang tanpa sumber yang jelas. Kader Nasyiah harus cerdas dan berpikiran maju, sehingga mampu menyaring dan memberikan informasi yang benar dan tepat.
Kelima, Diyah berpesan agar kader Nasyiah menggunakan pertambahan masa bakti akibat pemunduran muktamar sebagai kesempatan untuk menyempurnakan khidmat kerja dakwah kemanusiaan dengan profesionalitas menuju Nasyiatul Aisyiyah yang go-international.
Selain lima hal di atas, Diyah Puspitarini juga mengajak pemerintah untuk bergandengan tangan dengan berbagai pihak, melakukan kerja nyata penanggulangan pandemi dengan membuat kebijakan yang memihak dengan kepentingan rakyat.
“Sebab saat ini kondisi rakyat cukup memprihatinkan dan bahkan bangsa ini dihadapkan pada kenaikan angka stunting, lost generation, hingga resesi ekonomi, serta kondisi fasilitas kesehatan yang belum memadai. Maka membuat kebijakan yang mempertimbangkan kondisi ekonomi jangan sampai juga mengutamakan kebijakan kesehatan yang utama, karena mereka yang meninggal bukanlah deretan angka, namun nyawa. Utamakan pula kebijakan yang tetap memperhatikan hak bagi perempuan dan anak,” tuturnya.
“Yunda Nasyiah yang berbahagia, Menggerakkan organisasi Nasyiatul Aisyiyah yang berusia hampir satu abad bukanlah pekerjaan yang mudah, maka orang-orang yang menggerakkan pun juga dipilih, padahal kader Nasyiah juga memiliki tanggungjawab dan beban publik dan individu, namun tetap memilih berkhidmat di Nasyiatul Aisyiyah. Karena kita semua adalah orang pilihan, maka segala yang kita lakukan untuk Nasyiah akan bermanfaat bagi masyarakat luas. Terimakasih kader Nasyiah seluruh Indonesia, perempuan muda berkemajuan,” pungkas Diyah.