MUHAMMADIYAH.OR.ID, SEMARANG — Pandemi covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu menghantam semua lini kehidupan. Selain kesehatan dan ekonomi, pandemi juga berpengaruh besar terhadap relasi dan ketahanan dalam suatu keluarga.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ummul Baroroh, Ketua PW ‘Aisyiyah Jawa Tengah saat dimintai keterangan oleh reporter muhammadiyah.or.id, pada (27/2). Menurutnya, pandemic ini menyadarkan public bahwa mengurusi urusan internal keluarga bukan suatu yang mudah dan bukan pula hanya tugas perempuan semata.
Sektor ekonomi yang mengalami depresi mengakibatkan banyak PHK, hal ini kemudian berdampak pada terganggunya pendatan suami yang selama ini ditempatkan sebagai tumpuan pendapatan. Selain suami yang dirumahkan, beban kerja ibu rumah tangga bertambah ketika anak-anak yang biasa berangkat sekolah juga selama pandemic terjadi juga dirumahkan.
Keadaan tersebut menurutnya menjadi salah satu pemicu terjadinya kekerasan dalam rumat tanga (KDRT). Data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menunjukkan, KDRTmenjadi kasus kekerasan yang paling banyak dilaporkan. Dari 319 kasus kekerasan yang dilaporkan, dua pertiga-nya (213 kasus) merupakan kasus KDRT.
“Terkait dengan hubungna di dalam rumah untuk orang tua dan anak tentu saja supaya rumah tangganya baik Majelis Tabligh juga mengadakan program Perempuan Mengaji. Program tersebut dilakukan setiap dua pekan sekali dan sudah berjalan ke-5 kali ini dan diikuti oleh 500 orang lebih by Zoom dan juga diYoutube-kan,” tuturnya.
Di masa pandemi, Pos Bantuan Hukum (Posbakum) yang dimiliki oleh ‘Aisyiyah Jawa Tengah juga mencatat terjadi peningkatan orang-orang yang mengajukan gugatan. Laporan ini merata di lima Posbakum yang dimiliki oleh ‘Asiyiyah Jawa Tengah yaitu di Solo, Sukoharjo, Wonogiri, Boyolali, dan Klaten.
Karena sumbatan ekonomi yang tidak lancar tersebut terpolarisasi menjadi KDRT, dirinya bersama Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah juga melakukan program ketahanan keluarga untuk memperbaiki sirkulasi ekonomi keluarga. Ia menjelaskan, di saat-saat genting seperti sekarang ini, kreatifitas perempuan muncul untuk memberi solusi.
Dalam pengentasan masalah ekonomi, ‘Aisyiyah bersinergi dengan pihak luar untuk membuka sumbatan untuk melancarkan sirkulasi ekonomi keluarga. Dirinya mengakui bahwa, perempuan selalu memiliki cara tersendiri dalam membuka ‘kran’ ekonomi keluarga yang mampet karena pandemic.
“Ada juga teman saya yang seorang guru, karena sekarang WFH dia memiliki banyak waktu “saya bingung mau apa bu, akhirnya saya bikin kue, lumpia dan dibawa saat rapat itu. Laris bu Alhamdulillah,” cerita Ummul
Selain memberikan perhatian khusus terhadap dampak pandemic kepada ketahanan keluarga, PW ‘Aisyiyah Jateng juga menaruh perhatian terhadap persoalan lingkungan. Dalam menangani masalah sampah ini, mereka bersinergi dengan Muhammadiyah membentuk Gerakan Muhammadiyah Peudli Sampah (GMPS).
Kepedulian Ibu-ibu ‘Aisyiyah Jateng untuk kemanusiaan juga mewujud dalam kegiatan pendirian dapur umum selama terjadi bencana alam. Ibu-ibu ‘Aisyiyah di wilayah Jateng sejak Bulan Januari 2021 sampai dengan berita ini ditulis, mereka siap siaga mendirikan dapur umum untuk mencukupi kebutuhan makanan baik korban dan relawan bencana.