MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Bagi Muhammadiyah, perempuan memiliki peran dan kesempatan yang setara dengan laki-laki. Perempuan menurut Kiai Dahlan harus turut andil dalam perjuangan umat sebagaimana tersirat dalam latar belakang berdirinya organisasi Sapa Tresna.
Melalui Sapa Tresna, Kiai Dahlan ingin agar perempuan tidak hanya terlibat dalammperkara rumah tangga saja sebagaimana yang lazim dipahami pada masanya. Pandangan melampaui zaman Kiai Dahlan dan Nyai inilah yang berusaha untuk terus dihidupkan oleh ‘Aisyiyah.
“Sekarang peran domestik dan publik harus dilakukan, sebagai tuntutan. Sebagaimana pesan Nyai Dahlan, jangan sampai urusan dapurmu mengabaikan urusan masyarakatmu, lingkunganmu, dan umatmu,” tutur Ketua Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah Mahsunah Syakir, Jumat (22/1).
Mahsunah berpendapat bahwa keluarga tidak hanya berfungsi sebagai pembentuk generasi yang saleh, tetapi juga perlu terlibat dalam penyelesaian masalah keagamaan dan kemasyarakatan di lingkungannya.
Karena itu, komunikasi, kesepakatan dan musyawarah perlu terus dijalin antara suami dan istri agar gerak yang dilakukan tidak malah menimbulkan kesalahpahaman.
“Sejak pernikahan itu perlu ada komitmen untuk setia dan seiya sekata. Saya contohkan mengarungi perahu bahtera kehidupan. Kemudian kalau suami istri membawa kayuh, kayuhnya harus kompak seiya sekata, bergerak bersama,” jelas Mahsunah dalam pengajian daring Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.
Tetapi, Mahsunah berpesan agar sekalipun aktif dalam peran kemasyarakatan, perempuan harus bersikap proporsional dan memprioritaskan rumah tangganya terlebih dahulu. Rumah harus dibentuk sebagai madrasah yang tepat bagi anak-anak dengan orangtua yang berperan tidak hanya sebagai orangtua, tetapi juga sebagai teman, guru dan sahabat bagi anak-anaknya. (afn)