MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Pada milad yang ke 95 tahun Majalah Suara ‘Aisyiyah (SA), Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ingatkan SA sebagai pelopor literasi perempuan berkemajuan dalam menghadapai era digital harus terus meningkatkan kualitas dan tetap menjadi suluh bagi kaum perempuan.
Di usia yang hampir se-Abad, SA menjadi media cetak gerakan perempuan Islam Berkemajuan tertua yang masih bertahan sampai sekarang. Haedar ingatkan kembali untuk terus meningkatkan kualitas literasinya sebagai suluh perempuan Indonesia.
“Selamat milad yang ke 95 Majalah Suara ‘Aisyiyah, semoga menjadi media yang berkemajuan,” ucap Haedar untuk Milad 95 tahun Suara ‘Aisyiyah, “Meneguhkan Literasi Perempuan Berkemajuan” pada (27/10) secara streaming.
Guru Besar bidang Sosiologi ini melanjutkan, di rentang usia tersebut, Suara ‘Aisyiyah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mencerdaskan perempuan Indonesia. Kehadiran Suara ‘Aisyiyah tidak bisa dilepaskan dari ‘Aisyiyah yang sejak awal keberadaannya berkeinginan mengangkat martabat perempuan.
Peran ‘Aisyiyah dalam Kongres Perempuan pertama tahun 1928 di Yogyakarta, ucap Haedar, semakin menegaskan posisinya sebagai pilar perempuan Islam yang Berkemajuan. Selanjutnya, Suara ‘Aisyiyah sebagai media diharapkan terus berusaha membangun kesadaran literasi bagi kaum perempuan.
“Ketika ada banyak persoalan, tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia, kekerasan, soal akses di ruang publik, dan berbagai hal. Maka Suara ‘Aisyiyah harus menjadi media yang membangkitkan kesadaran literasi,” sambungnya.
Haedar kembali menegaskan, bahwa di tengah derasnya arus digital, Majalah Suara ‘Aisyiyah pantang surut dan terus tumbuh, serta berusaha memperbaiki kualitasnya. Sebab sebagai media perempuan berkemajuan yang menjadi suluh bagi perempuan Indonesia, Majalah Suara ‘Aisyiyah tidak boleh padam.
“Di tengah tantangan media digital dan media online tentu Majalah Suara ‘Aisyiyah sebagai pelopor untuk literasi perempuan berkemajuan harus mengingkatkan kualitas. Sehinga dapat menjadi penerang, dapat menjadi suluh bagi perempuan Indonesia,” tandas Haedar.