MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi tempat berlangsungnya khutbah Jumat (01/08) yang disampaikan oleh Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Akhmad Arif Rifan.
Dalam khutbahnya, ia mengajak jemaah untuk merefleksikan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW di bulan Safar 1447 Hijriah, sembari menekankan pentingnya peran masjid sebagai pusat pembinaan umat dan penguat ikatan persaudaraan.
Akhmad Arif Rifan membuka khutbah dengan mengingatkan bahwa bulan Safar merupakan momen bersejarah dalam perjalanan kenabian, khususnya hijrah dari Makkah ke Madinah.
Berdasarkan literatur sirah seperti Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam dan Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Syekh Safiurrahman Al-Mubarakfuri, hijrah dimulai pada Kamis, 27 Safar 1 Hijriah (tahun 622 M), yang kemudian menjadi awal penanggalan kalender Hijriah.
Khutbah ini juga menyinggung kronologi hijrah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar As-Siddiq RA. Pada malam 27 Safar, ketika kaum musyrik bersekongkol untuk membunuh Nabi di Darun Nadwah, turun perintah Allah untuk berhijrah.
Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur selama tiga malam, dari Jumat hingga Ahad. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Quba dan tiba pada Senin, 8 Rabiul Awal.
Di Quba, Nabi beristirahat empat hari sebelum memasuki Yasrib (yang kemudian diberi nama Madinah). Di perkampungan Bani Salim bin Auf, Rasulullah melaksanakan shalat Jumat pertama di Yasrib bersama sekitar 100 orang.
Setibanya di Madinah, beliau memfokuskan diri pada tiga langkah besar: mendirikan Masjid Nabawi sebagai pusat kehidupan umat, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar, serta menyusun perjanjian sosial yang kokoh antar sesama muslim.
Langkah-langkah tersebut menjadi dasar pembentukan masyarakat Islam yang kuat, saling menyayangi, melindungi, dan tolong-menolong, dengan segala urusan dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Masjid sebagai Sumber Kekuatan Spiritual dan Sosial
Dalam bagian akhir khutbah, Akhmad Arif Rifan mengingatkan kembali peran masjid dalam membina umat. Ia menekankan bahwa masjid bukan hanya tempat berkumpul, tetapi juga pusat pendidikan dan pembinaan karakter generasi terbaik Islam.
Mengutip Surah Al-Jinn ayat 18, beliau menyampaikan bahwa masjid adalah milik Allah, dan hanya ibadah kepada-Nya yang pantas dilakukan di dalamnya. Ia juga menyinggung Surah At-Taubah ayat 18, yang menyebut masjid harus dibangun atas dasar takwa.
Beliau mengingatkan keutamaan tiga amalan utama yang erat dengan kehidupan masjid, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: menyempurnakan wudu meski dalam keadaan sulit, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menanti shalat berikutnya setelah shalat.
“Ketiganya menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat, serta dapat diwujudkan di lingkungan masjid,” kata Arif Rifan.
Akhmad Arif Rifan juga menyampaikan keutamaan tiga masjid utama umat Islam: Masjidil Haram (setara 100.000 kali shalat), Masjid Nabawi (1.000 kali), dan Masjid Al-Aqsa. Ia kemudian mengutip hadis riwayat Bukhari yang menyebutkan bahwa generasi sahabat adalah generasi terbaik, diikuti oleh generasi setelahnya.
Mengacu pada At-Tarbiyah Al-Qiyadiyah karya Syekh Munir Ghadban, ia menyebut bahwa dari sekitar 120.000 sahabat, terdapat 2.000 yang memiliki karakter pemimpin, 21 orang menjadi ulama, dan 10 orang mendapat jaminan surga, termasuk para Khulafaur Rasyidin yang disebut dalam Surah At-Taubah ayat 100.
Khutbah ditutup dengan ajakan untuk menjadikan Jumat pertama di awal tahun 1447 Hijriah sebagai momentum memperkuat nilai hijrah, membangun peran masjid, dan mempererat persaudaraan umat Islam.
“Semoga kita menjalani sisa amanah usia dengan sebaik-baiknya dan kembali kepada Allah dalam keadaan husnul khatimah,” tutupnya, yang diakhiri dengan doa bersama seluruh jemaah.