MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah perkuat komitmen dukung lingkungan yang ramah gender equality, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) dengan menggandeng para jurnalis.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris PP ‘Aisyiyah, Siti Hastuti Nur Rochimah pada Rabu (6/8) dalam workshop Mainstreaming GEDSI di Media “Mengembangkan Jurnalisme Inklusif” di Hotel SM Malioboro, Kota Yogyakarta.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menyampaikan, para jurnalis ini suaranya lebih nyaring dan lantang untuk menyuarakan suara-suara kelompok marjinal.
“Menyuarakan kebenaran itu adalah tugas utama dari teman-teman semua,… dan ini sekaligus menjadi amal salih yang dimiliki oleh teman-teman jurnalis,” katanya.
Dalam konteks GEDSI, sambungnya, masih banyak kelompok yang suaranya nyaris tak terdengar di permukaan. Keadilan bagi mereka sering kali diabaikan, tentu ini membutuhkan kanal sebagai saluran untuk mengusahakan keadilan bagi mereka.
Termasuk kelompok masyarakat adat, yang menurut Tri Hastuti masih ‘sunyi’ dan tak terdengar perjuangannya. Maka rekan-rekan jurnalis diharapkan membantu menyuarakan perjuangan mereka.
Setelah pembukaan, agenda dilanjutkan dengan materi Islam dan GEDSI yang disampaikan oleh Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Niki Alma Febriana Fauzi.
“Di masyarakat kita, isu ini (GEDSI) masih dianggap marjinal tak banyak orang atau publik yang menaruh perhatian pada isu yang enggan memerhatikan,” ungkap Niki Alma.
Dalam beberapa kasus, imbuhnya, sosok-sosok yang seharusnya menjadi pelindung bagi masyarakat justru malah menciderai moral dan peran tersebut. Alih-alih memberikan perlindungan, mereka justru ikut merundung kelompok rentan.
Niki Alma pada kesempatan ini juga mendorong fasilitas publik – terlebih masjid supaya dibangun inklusif. Dalam pengalamannya, masih ada beberapa masjid bahkan di Jogja yang belum ramah difabel.
Tak hanya kelompok jurnalis, menurutnya ulama juga menjadi pihak otoritatif yang didengarkan suaranya oleh masyarakat. Oleh karena itu, ulama juga perlu ikut menyuarakan isu tentang GEDSI.