MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Khutbah Jumat di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang disampaikan oleh Muchammad Ichsan mengajak jamaah untuk merenungkan kembali peran pribadi muslim dalam membangun kebesaran suatu bangsa.
Dalam khutbah yang disampaikan pada Jumat (1/8) itu, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menekankan bahwa kekuatan dan kemajuan bangsa berakar dari kualitas individu yang membentuk keluarga, kemudian masyarakat, dan akhirnya negara.
“Apabila kita ingin bangsa kita besar dan kuat, maka kita harus memperhatikan masyarakat. Dan apabila kita ingin masyarakat kita kokoh dan harmonis, maka kita harus merawat keluarga. Dan apabila kita ingin keluarga kita unggul dan hebat, maka kita harus mendidik individu-individu yang ada di dalamnya,” tegasnya.
Ichsan mengutip pandangan Dr. Yusuf Qardhawi yang menyebutkan bahwa seorang muslim idaman adalah mereka yang memiliki keimanan yang kokoh dan tauhid yang benar.
Akidah yang lurus menjadi fondasi utama yang menuntun kepada ketaatan kepada Allah dan menjauhkan dari maksiat, karena keimanan bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa bertambah dengan kebaikan dan berkurang karena kemaksiatan.
Ibadah pun harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seorang muslim. Salat dan puasa, misalnya, perlu dijalankan dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Ia menyayangkan kondisi sebagian umat Islam saat ini yang mengabaikan kewajiban ibadah, bahkan melakukan tindakan korupsi meski telah melaksanakan umrah atau haji.
Lebih jauh, Ichsan menekankan pentingnya akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Kasih sayang, kejujuran, dan kedermawanan harus melekat dalam diri seorang muslim, sambil menjauhi sikap kasar, rakus, dan suka berbohong.
Pandangan yang luas dan pemikiran yang terbuka juga menjadi ciri penting, yakni mampu memahami Islam secara komprehensif dan tidak terjebak dalam paham sekularisme, pluralisme, relativisme, atau liberalisme yang menyimpang dari ajaran agama.
Seorang muslim ideal juga harus berjihad melawan hawa nafsu, mampu mengendalikan dorongan-dorongan negatif, dan tidak mengikuti keinginan yang menyesatkan dari jalan Allah.
Disiplin dalam menggunakan waktu menjadi ciri lain yang ditekankan dalam khutbah ini. Waktu, menurut Ichsan, adalah kehidupan itu sendiri dan tidak boleh disia-siakan. Oleh karena itu, keteraturan dalam segala urusan, termasuk dalam mengatur prioritas hidup berdasarkan fikih prioritas, sangat penting.
Kemandirian juga menjadi bagian dari karakter pribadi muslim unggul. Meneladani para nabi, seorang muslim seharusnya mampu mencari nafkah secara halal, bekerja keras, dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.
Selain itu, seorang muslim ideal adalah pribadi yang memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Manfaat ini bisa berupa ilmu, tenaga, harta, posisi, atau bahkan sekadar doa. Hidup yang bermakna adalah hidup yang berdampak bagi sesama.
Tak kalah pentingnya, kesehatan jasmani pun menjadi perhatian. Ichsan menegaskan bahwa tubuh yang sehat dan kuat adalah syarat untuk mampu beribadah dan berkontribusi secara maksimal dalam kehidupan. Hal ini bisa diwujudkan melalui pola hidup sehat dan kebiasaan olahraga.
Di akhir khutbahnya, Ichsan menyampaikan bahwa semakin banyak karakter mulia yang berhasil dimiliki oleh seorang muslim, maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Sebaliknya, jika seseorang menjauh dari nilai-nilai tersebut, maka kehidupan yang dijalani pun akan semakin terpuruk.
Ia menutup dengan pesan yang menggugah semangat jamaah untuk hidup dengan penuh makna: “Hidup sekali, hiduplah yang berarti. Berani hidup, tidak takut mati. Takut mati, jangan hidup. Takut hidup, mati saja. Dan milikilah sifat ‘isy kariman aw mut syahidan—hiduplah sebagai orang yang mulia atau mati sebagai syahid.”
Singkatnya, berikut 10 sifat pribadi Muslim idaman yang dikutip dari Yusuf Qardhawi:
- Akidah yang benar
- Ibadah sesuai tuntunan
- Akhlak mulia (akhlaqul karimah)
- Pemikiran yang luas dan terbuka
- Berjihad melawan hawa nafsu
- Disiplin terhadap waktu
- Teratur dalam urusan hidup (fikhul aulawiyat)
- Mandiri dalam mencari nafkah
- Bermanfaat bagi orang lain
- Sehat dan kuat jasmani