MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, Riduwan, menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Jumat (22/08).
Dalam khutbahnya, ia menekankan pentingnya kesadaran umat Islam untuk menunaikan tanggung jawab ilahiah (ketuhanan) dan insaniah (kemanusiaan) yang melekat pada setiap harta yang dimiliki.
Riduwan mengawali khutbah dengan membacakan ayat Al-Qur’an dari Surah Al-Baqarah ayat 254:
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang suatu hari yang pada waktu itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada pula pertolongan. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
Menurutnya, ayat tersebut memberikan petunjuk penting bahwa harta tidak hanya untuk dinikmati, tetapi juga mengandung amanah besar dari Allah.
“Dalam setiap harta yang Allah berikan kepada kita, terkandung dua tanggung jawab yang wajib dijalankan secara seimbang. Pertama, tanggung jawab ilahiah. Kedua, tanggung jawab insaniah,” jelasnya.
Riduwan menekankan bahwa tanggung jawab ilahiah lahir dari kesadaran bahwa Allah adalah pemilik mutlak segala sesuatu di dunia. Ia mencontohkan kisah Qarun yang tenggelam bersama hartanya karena merasa kekayaan yang dimilikinya murni hasil kecerdasan dan kemampuannya sendiri.
“Kesombongan itulah yang akhirnya menguburkan Qarun bersama hartanya ke dasar bumi. Nauzubillahimindzalik,” tegasnya.
Sementara itu, tanggung jawab insaniah berarti menyadari adanya hak orang lain dalam setiap rezeki yang dimiliki. Riduwan mengutip firman Allah dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 19: “Dan pada harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”
Ia juga menekankan pentingnya zakat sebagai sarana membersihkan harta, sebagaimana disebut dalam Surah At-Taubah ayat 103: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”
Riduwan mengapresiasi kebijakan Universitas Ahmad Dahlan melalui Lazismu UAD yang secara langsung memotong 2,5 persen dari penghasilan pegawainya untuk zakat. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan bentuk ikhtiar nyata dalam melaksanakan perintah Allah.
“Dengan begitu, harta yang kita bawa pulang dan kita konsumsi bersama keluarga sudah betul-betul bersih karena tanggung jawab insaniah sudah kita tunaikan,” katanya.
Di akhir khutbah, Riduwan mengingatkan jamaah agar segera menunaikan dua tanggung jawab tersebut sebelum kesempatan hilang.
“Kesadaran itu perlu sesegera mungkin kita bangun, karena ketika ajal sudah datang, semuanya berakhir. Selagi produktivitas kita masih bagus, karir berkembang, jaringan luas, maka itulah kesempatan terbaik untuk menunaikan amanah Allah,” tutupnya.