MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Dalam ceramahnya di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Kamis (14/08), Gunawan Budiyanto mengupas gejolak sosial di Indonesia dari sudut pandang kemanusiaan dalam Al-Qur’an.
Dengan pendekatan berbasis nilai agama, ia menguraikan tiga istilah kunci seperti al-basyar (ٱلْبَشَر), al-nās (ٱلنَّاس), dan al-insān (ٱلْإِنسَان) untuk menjelaskan tingkatan manusia serta tantangan sosial yang tengah dihadapi.
Gunawan memulai dengan menyoroti kerusuhan dan ketegangan di beberapa daerah seperti Pati, Banyuwangi, dan Walimandar. Menurutnya, peristiwa ini mencerminkan retaknya hubungan antarmanusia (ḥablun min al-nās), di mana satu kelompok merasa tertindas oleh kelompok lain.
“Jika cara pendekatannya keliru, ini bisa memicu gerakan yang lebih besar,” ujarnya, mengingatkan bahaya eskalasi konflik sosial.
Ia kemudian menjelaskan perbedaan tiga istilah kemanusiaan dalam Al-Qur’an.
Pertama, al-basyar (ٱلْبَشَر) yang disebutkan 36 kali dalam 26 surah mengacu pada manusia dalam dimensi biologis, dibedakan dari makhluk lain lewat ciri-ciri fisik, pola hidup, dan pembentukan komunitas.
Kedua, al-nās (ٱلنَّاس) yang muncul 241 kali dalam 55 surah menggambarkan manusia dengan kemampuan cipta, karya, dan karsa. Namun, karsa ini kerap mendorong manusia mengambil lebih dari yang dibutuhkan, berbeda dengan hewan yang hanya memenuhi kebutuhan dasarnya.
Gunawan memberi perumpamaan sederhana: seekor monyet hanya akan mengambil tiga pisang untuk kenyang, sedangkan manusia, ketika dihadapkan pada pilihan gaji 6 juta atau 8 juta, cenderung memilih yang lebih besar.
“Bukan karena kebutuhan, melainkan dorongan nafsu. Tanpa kendali agama, nafsu dapat menjadi liar, memicu kemunafikan dan ketidakselarasan sosial,” ucap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Tingkatan tertinggi adalah al-insān (ٱلْإِنسَان) yang disebutkan 65 kali dalam 43 surah yakni manusia yang mampu mengendalikan nafsu melalui akal yang diterangi tauhid dan syariat Islam.
Ia menyoroti beban pajak bumi dan bangunan (PBB) yang melonjak hingga 200%, yang paling memberatkan petani. “Petani paling merasakan dampaknya karena hidup mereka bergantung pada tanah,” tegasnya, membandingkan penghasilan petani yang jauh di bawah profesi lain seperti dosen.
Mengutip Surah al-Tīn (التِّين) ayat 4–5, Gunawan mengingatkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya (aḥsani taqwīm, أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ), tetapi bisa jatuh ke derajat terendah (asfala sāfilīn, أَسْفَلَ سَافِلِينَ) jika gagal mengendalikan hawa nafsu.
Ia menyebut banyak pelaku kriminal, seperti perampok dan pembunuh, masih berada pada tingkat al-basyar, hanya berbeda dari hewan secara fisik, tanpa panduan nalar agama.
Menutup ceramah, Gunawan berharap umat Islam senantiasa berada pada derajat al-insān dengan menjaga keikhlasan ibadah. “Mudah-mudahan dengan ibadah yang kita jalankan, kita tetap berada di kamar al-insān, sebagaimana disampaikan dalam Surah al-Tīn,” tutupnya.