Gelombang keresahan melanda warga Cimuning, Mustikajaya, Kota Bekasi. Penyebabnya adalah sebuah pengajian yang dipimpin oleh seorang perempuan yang dikenal dengan sebutan Umi Cinta.
Dalam pertemuan itu, Umi Cinta menawarkan janji menggiurkan: siapa yang berinfak Rp 1 juta akan dijamin masuk surga.
Bagi orang awam, iming-iming seperti ini bisa saja terdengar manis. Tetapi bagi mereka yang paham agama, janji surga dengan harga tertentu adalah tanda bahaya. Surga bukan barang dagangan, dan amal saleh tidak dijual-belikan dengan nominal rupiah.
Lebih gawat lagi, jika uang itu dipakai untuk kepentingan pribadi dengan cara menipu, maka yang menanti bukan surga, melainkan neraka. Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya:
مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا
“Barang siapa menipu, maka ia bukan golongan kami.” (HR. Muslim)
Allah pun memperingatkan tentang beratnya siksaan neraka bagi para pendusta dan penipu. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ فِي ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ
“Sesungguhnya orang-orang munafik (penipu iman) itu akan berada di kerak neraka.” [QS. an-Nisa (4): 145].
Padahal, bila seseorang benar-benar ingin menginfakkan hartanya demi bekal akhirat, jalannya terbuka lebar. Tidak perlu lewat jalan pintas yang penuh tipu daya.
Uang sejuta rupiah bisa disalurkan melalui kanal resmi dan terpercaya seperti Lazismu, BAZNAS, atau lembaga filantropi Islam lainnya yang amanah. Insya Allah, setiap rupiah akan sampai kepada yang berhak.
Allah menegaskan bahwa sekecil apa pun kebaikan atau keburukan akan mendapat balasan:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” [QS. al-Zalzalah (99): 7–8].
Keutamaan infak dan sedekah pun ditegaskan dalam banyak ayat. Salah satunya dalam firman Allah:
وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [QS. al-Baqarah (2): 195].
Rasulullah Saw juga bersabda:
الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطَايَا كَمَا يُطْفِىءُ الْمَاءُ النَّارَ
“Sedekah itu memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi).
Berbeda dengan zakat yang memiliki kadar tertentu, infak tidak dibatasi jumlahnya. Baik orang berada maupun orang yang sedang kesempitan tetap bisa berinfak sesuai kemampuannya. Bahkan Allah memuji mereka yang memberi di kala lapang maupun sempit:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” [QS. Ali Imran (3): 134].
Singkatnya, uang sejuta memang bisa menjadi jalan menuju surga dengan syarat bila dikeluarkan dengan niat yang tulus dan disalurkan melalui cara yang benar. Tetapi, bila nominal itu diserahkan kepada orang yang menjual janji palsu, justru ia bisa menjadi tiket tercepat menuju azab.
Surga bukanlah komoditas, dan Allah tidak bisa disuap dengan rupiah. Yang menjadi kunci adalah keikhlasan, kebenaran cara, dan kebermanfaatan bagi sesama.