MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG – Delapan puluh tahun silam, langit Hiroshima dan Nagasaki berubah menjadi neraka. Ledakan dahsyat dari bom atom menghapus dua kota dari peta, meninggalkan kematian massal dan penderitaan yang tak pernah benar-benar berakhir.
Menurut data International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), bom uranium yang dijatuhkan di Hiroshima pada Agustus 1945 menewaskan sekitar 140.000 orang hingga akhir tahun itu. Tiga hari kemudian, bom plutonium mengguncang Nagasaki, menelan korban jiwa sekitar 74.000 orang. Para penyintas pun harus hidup dengan penyakit kronis seperti kanker akibat radiasi.
Bagi Dadang Kahmad, peristiwa itu adalah gambaran telanjang kebodohan manusia. Ia menegaskan, puluhan ribu orang tewas seketika, belum termasuk mereka yang cacat seumur hidup akibat radiasi.
“Manusia menciptakan alat untuk memusnahkan dirinya sendiri,” ujarnya, mengingatkan bahwa kini ada lebih dari 9.000 hulu ledak nuklir di dunia. Ini menjadi daya ledak yang jauh melampaui bom atom 80 tahun lalu.
Dadang mengutip pandangan para ahli yang menyebut jumlah tersebut bisa memusnahkan populasi bumi hingga tiga kali lipat, atau overkill. “Manusia itu serakah tapi bodoh, membuat senjata yang kelak akan membunuhnya sendiri,” kata Dadang.
Ia menyadari pelucutan nuklir bukan perkara mudah. Persaingan antarnegara, terutama kekuatan besar, membuat senjata strategis ini sulit dihapuskan meski kampanye global terus dilakukan.
Namun, menurutnya, upaya menyadarkan para pemimpin dunia tetap harus berjalan. “Mungkin sia-sia, tapi kita perlu terus mengingatkan mereka, demi mencegah malapetaka bagi seluruh makhluk di bumi,” tegasnya.
Dadang menambahkan, tragedi Hiroshima dan Nagasaki harus terus diingatkan kepada publik. “Kisah ini perlu didengungkan setiap waktu agar dunia tahu betapa mengerikannya akibat bom nuklir,” pungkasnya.
Peringatan 80 tahun tragedi bom atom ini juga sejalan dengan pandangan Muhammadiyah yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar. Dalam dokumen tersebut, Muhammadiyah menegaskan komitmen untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Melalui gagasan Islam Berkemajuan, Muhammadiyah menolak segala bentuk perang, terorisme, kekerasan, penindasan, dan pengrusakan bumi, termasuk kejahatan kemanusiaan seperti penggunaan senjata pemusnah massal.
Islam Berkemajuan juga memayungi keberagaman, mengusung pesan damai, toleran, dan moderat, serta mengemban risalah rahmatan li al-‘alamin yang memberi warna bagi kemanusiaan universal.