MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Menyapa peserta didik baru di sekolah Muhammadiyah, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan tidak anak-anak yang bodoh, hanya tingkat kecerdasannya yang beda.
Oleh karena itu, sesama peserta didik di Muhammadiyah tidak boleh saling bully atau merundung karena merasa punya kecerdasan sendiri. “Tidak ada anak manusia itu yang bodoh, semuanya pintar. Tapi kepintaran, kecerdasannya itu berbeda-beda,” kata Haedar pada Senin (21/7).
Tak hanya dari sisi kecerdasan, bahan bullying juga didapatkan siswa dari strata atau kelas ekonomi siswa yang lain. Biasanya siwa kaya membully yang miskin. Tegas Haedar meminta supaya perilaku ini tidak ada di sekolah Muhammadiyah.
“Itu di sekolah Muhammadiyah tidak boleh berlaku dan ada, dan jangan hanya karena diawasi guru. Kalau ada yang punya potensi untuk berkelahi, itu latihan Tapak Suci,” pesan Haedar.
Tapak Suci merupakan salah satu pencak silat asli Indonesia, dan menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah maupun pesantren Muhammadiyah. Namun, jika sudah ikut Tapak Suci jangan digunakan untuk membully orang.
“Saya tidak ingin mendengar di sekolah-sekolah Muhammadiyah, di pondok pesantren, di madrasah Muhammadiyah ada pembullyan, ada praktek-praktek yang tidak baik. Fokus belajar dan bahkan harus sayang menyayangi sesama,” katanya.
Dalam agenda Pak Ketum Menyapa yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah secara daring itu, Haedar mengatakan, selain pendidikan bermuatan ilmu pengetahuan umum, di sekolah Muhammadiyah juga diajarkan akhlak.
Peserta didik, termasuk wali murid atau wali santri diminta oleh Haedar Nashir supaya tidak menyepelekan sekolah. Sebab dari sekolah ini anak-anak didik menjadi berbudi pekerti luhur, iman, takwa, dan keluasan ilmu pengetahuannya.
“Jadi jangan menyepelekan sekolah. Ada ibu-ibu, bapak guru, dan kepala sekolah yang justru dia mendidik beriman kepada Allah, mendidik akhlak kita,” katanya.
Di sisi lain, Haedar menekankan supaya guru dan kepala sekolah berlaku baik, jujur, dan adil, serta tidak boleh ada penyalahgunaan kekuasaan. Dengan itu, maka anak-anak harus sayang dan hormat pada orang tua, guru, dan kepala sekolah.