MUHAMMADIYAH.OR.ID, SIDOARJO – Jumlah rumah sakit di Indonesia terus meningkat, baik yang dimiliki negeri maupun swasta. Pada akhir 2024 menurut Kemenkes, jumlah RS di Indonesia mencapai 3.228.
Jumlah tersebut terbagi kepemilikannya yaitu dari swasta sebanyak 1.498, dari total jumlah itu sebanyak 150 adalah milik Persyarikatan Muhammadiyah – termasuk yang masih dalam tahap pengembangan.
“Artinya Muhammadiyah seluruh Indonesia untuk rumah sakit swasta ini sepuluh persen, dari total rumah sakit swasta yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Sukadiono, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK pada Selasa (8/7) di Sidoarjo.
Sukadiono yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini menambahkan, di sisi lain jumlah RS milik negeri pada tahun yang sama sebanyak 1.730; ada yang dikelola oleh Kemenkes, TNI, Polri, Pemprov, dan Pemkab.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, Kemenkes melalui program Quick Wins tengah berupaya menaikan kelas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dari kelas D menjadi kelas C.
Sementara, untuk peta distribusi rumah sakit berdasarkan wilayah atau provinsi, Jawa Timur menjadi provinsi yang paling padat jumlah rumah sakitnya yakni sebanyak 493.
“Artinya persaingan rumah sakit di Jawa Timur ini yang paling berat. Dibandingkan rumah-rumah sakit yang di provinsi lain,” ungkapnya.
Peringkat selanjutnya dengan rumah sakit terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat sejumlah 430, kemudian di DKI Jakarta sebanyak 190, di Provinsi Sulawesi Selatan 126, dan di Provinsi Banten berjumlah 131 rumah sakit.
Sementara, dalam konteks Muhammadiyah di Jatim sampai dengan 7 Juli 2025, telah memiliki sebanyak 38 rumah sakit. Jumlah ini jika dipersentasekan menjadi 8 persen dari total rumah sakit swasta maupun negeri di Jawa Timur.
“Ini juga tugasnya MPKU PWM bagaimana juga Rumah Sakit Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Jawa Timur ini untuk berakselerasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya agar bisa bersaing dengan rumah sakit baik swasta atau negeri di Jawa Timur,” katanya.
Oleh karena itu, Sukadiono berpesan supaya Persyarikatan Muhammadiyah – lebih-lebih di Jawa Timur agar tidak cepat puas dengan kemajuan yang telah berhasil diraih saat ini.
Di sisi lain, meski tergolong sebagai negara dengan rumah sakit yang banyak, namun pelayanan kesehatan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Fakta ini dibuktikan jumlah orang Indonesia yang berobat ke kedua negara itu yang masih tinggi. Pemilihan berobat ke luar negeri orang Indonesia ini menghabiskan uang lebih dari Rp. 1,38 triliun.