MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyambut gembira rencana Inggris yang akan mengikuti langkah Prancis dalam mengakui negara Palestina secara resmi.
Ia menilai langkah dua negara besar Eropa tersebut sebagai perkembangan signifikan dalam perjuangan rakyat Palestina menuju kemerdekaan penuh.
“Rencana Inggris untuk mengakui negara Palestina, menyusul sikap Prancis sebelumnya, patut kita apresiasi. Sebab selama ini Inggris dan Prancis, bersama Amerika Serikat, kerap menjadi ganjalan dalam upaya rakyat Palestina mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat,” ujar Anwar Abbas pada Kamis (31/07).
Menurutnya, pengakuan dari negara-negara berpengaruh seperti Inggris dan Prancis membuka harapan baru dan bisa mendorong gelombang pengakuan serupa dari negara-negara lain. Ia berharap langkah tersebut menjadi titik balik untuk mempercepat terwujudnya solusi dua negara yang selama ini mandek akibat berbagai tekanan politik dan konflik bersenjata.
“Kita berharap sikap Prancis dan Inggris ini diikuti banyak negara lain, sehingga kemerdekaan Palestina semakin dekat. Dengan begitu, Palestina bisa berdiri sejajar dengan negara-negara lain di dunia dalam harkat, martabat, dan kedaulatan,” tambahnya.
Langkah Inggris ini diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Keir Starmer dalam pidato resmi yang disiarkan dari Downing Street, setelah ia memanggil kembali kabinetnya dari masa reses untuk membahas situasi darurat di Gaza.
Starmer menegaskan bahwa Inggris akan mengakui Palestina secara resmi pada bulan September, apabila Israel tidak menunjukkan kesediaan untuk menghentikan serangan dan menyetujui gencatan senjata.
“Saya selalu mengatakan bahwa kami akan mengakui Palestina sebagai kontribusi nyata bagi proses perdamaian, pada saat yang paling berdampak bagi solusi dua negara,” kata Starmer. Ia menambahkan, “Dengan prospek solusi itu kini terancam, maka inilah saatnya untuk bertindak.”
Starmer menekankan pentingnya gencatan senjata di Gaza, komitmen pada perdamaian jangka panjang, dan kebangkitan kembali solusi dua negara sebagai jalan terbaik mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Sebelum Inggris, Presiden Prancis Emmanuel Macron lebih dahulu menyatakan niat serupa. Pada Kamis (24/7), Macron mengumumkan bahwa Prancis akan menyampaikan pengakuan terhadap negara Palestina secara resmi pada Majelis Umum PBB bulan September mendatang.
Dalam pernyataan resminya yang disiarkan melalui media sosial, Macron menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari komitmen Prancis terhadap perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Timur Tengah.
Keputusan kedua negara Eropa tersebut disebut sebagai langkah berani yang menentang arus kebijakan tradisional Barat, khususnya Amerika Serikat, yang hingga kini masih enggan memberikan pengakuan formal terhadap negara Palestina.
Di sisi lain, keputusan itu mendapat sorotan dan reaksi beragam dari berbagai pihak, termasuk pemerintah AS dan negara-negara di kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi.
Langkah Inggris dan Prancis ini menjadi sinyal kuat bahwa peta diplomasi internasional terhadap isu Palestina-Israel sedang bergerak menuju poros baru yang lebih berpihak pada prinsip keadilan dan hak menentukan nasib sendiri.
Muhammadiyah melalui pernyataan Anwar Abbas mengingatkan bahwa pengakuan terhadap Palestina bukan hanya soal diplomasi, tetapi soal moralitas kemanusiaan dan keadilan global.