MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Aktivitas menulis ayat-ayat Al-Qur’an dengan tangan dapat menjadi solusi sederhana namun efektif untuk menjaga dan memulihkan kesehatan mental. Selain memperkuat hubungan spiritual dengan Allah, praktik ini juga mampu meredakan tekanan emosional yang dialami generasi masa kini.
Dalam ceramahnya di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Ahad (06/07), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ruslan Fariadi, menyampaikan bahwa menulis Al-Qur’an bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga metode terapi yang telah terbukti secara ilmiah.
“Coba tulis Al-Qur’an, mulai dari surat Al-Fatihah. Ini bukan hanya ibadah, tetapi terapi kesehatan mental yang meningkatkan kecerdasan, menyeimbangkan otak kiri dan kanan, serta mengatasi lupa, gelisah, bahkan kesepian,” ungkapnya.
Ruslan menambahkan, proses menulis Al-Qur’an bisa dimulai dari menelusuri huruf-huruf di mushaf khusus yang menyerupai buku latihan anak TK. Menurutnya, aktivitas ini bisa meningkatkan fokus, melatih kedisiplinan berpikir, dan menenangkan batin.
Ia mengutip firman Allah dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28, “Ala bidzikrillahi tatmainul qulub”, yang berarti hati menjadi tenang dengan mengingat Allah.
Dalam penjelasannya, Ruslan juga menyinggung tingginya angka gangguan mental di Indonesia. Ia menyebut, berdasarkan data terbaru, sebanyak 15,5 juta penduduk mengalami gangguan mental, dengan proporsi terbesar berasal dari generasi Z (46%) dan milenial (41%). Ia mengaitkan tekanan hidup seperti PHK, tekanan akademik, atau kegagalan pribadi, sebagai pemicu meningkatnya gangguan kecemasan dan depresi.
“Banyak anak muda sekarang cepat lupa. Menaruh barang saja bisa lupa. Menulis Al-Qur’an bisa menjadi obat yang murah dan mudah dilakukan. Ia menjernihkan pikiran dan mengurangi rasa sedih,” tuturnya.
Ruslan bahkan menyampaikan pengalaman pribadinya saat kontennya di TikTok diblokir karena dukungan terhadap Palestina, yang justru semakin meneguhkan keyakinannya pada pentingnya kekuatan spiritual dalam menghadapi tekanan hidup.
Lebih jauh, ia menyebut Al-Qur’an sebagai buku pintar pemberian Allah yang mengandung solusi holistik bagi berbagai persoalan manusia. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an tidak hanya sebagai petunjuk spiritual, tetapi juga sebagai panduan untuk meraih ketenangan hidup. Oleh karena itu, ia mendorong umat Islam untuk menjadikan salat, zikir, dan menulis Al-Qur’an sebagai kebutuhan harian, bukan sekadar rutinitas kewajiban.
“Jadikan salat sebagai terapi, tulis Al-Qur’an untuk menenangkan hati. Ini adalah cara kita dekat dengan Allah,” tegasnya, seraya mengutip sabda Nabi, “Fain shuhat sairu amali” – jika hati baik, maka seluruh perjalanan hidup pun akan baik.
Ceramah ini ditutup dengan ajakan untuk memulai dari hal yang kecil, seperti menulis surat Al-Fatihah secara rutin. Ruslan berharap, kebiasaan ini dapat menjadi pintu menuju kehidupan yang lebih tenang dan penuh keberkahan.
Sesi tanya jawab yang berlangsung hangat turut memperkaya pemahaman jemaah, serta memberikan langkah-langkah praktis agar terapi menulis Al-Qur’an bisa diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari.