MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Ambo Asse, menyampaikan pentingnya penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sebagai upaya mempersatukan umat Islam.
Pandangan di atas Ambo Asse sampaikan dalam pengajian di Masjid At-Tanwir Muhammadiyah Makassar pada Selasa (01/07). Dalam ceramahnya, ia menekankan bahwa kalender Hijriah global dapat menjadi solusi untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan mengadopsi prinsip matlak global.
Ambo Asse menjelaskan bahwa Muhammadiyah telah mengakomodasi parameter global dengan ketinggian hilal 5 derajat dan elongasi 8 derajat, berbeda dengan matlak Wilayatul Hukmi yang digunakan di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura (Mabims) dengan ketinggian hilal 3 derajat.
“Kalender Hijriah global menggunakan matlak global, sehingga tidak memisahkan Indonesia dengan dunia Islam lainnya. Ini adalah kemajuan pemikiran untuk menyatukan umat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sosialisasi dan penjelasan mengenai kalender Hijriah global perlu dimasifkan agar umat Islam dapat memahami dan menerapkannya, sehingga kehidupan beragama tampak lebih bersatu.
“Muhammadiyah selalu berusaha agar kita bisa bersatu. Banyak pihak yang mendukung gagasan ini, termasuk di berbagai tempat yang saya sampaikan,” tambahnya.
Selain membahas KHGT, Ambo Asse juga menyinggung pentingnya keyakinan terhadap kebenaran agama Islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an. Mengutip ayat, “Hualladzi arsala rasulahu bil huda wainil haq” (Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agamaiosity yang benar), ia menegaskan bahwa Islam adalah agama yang benar dan lurus (dinul haq, dinul qayyim).
“Kita harus yakin bahwa cara beragama yang benar adalah meyakini kebenaran agama kita. Ini bukan soal mengklaim superioritas, tetapi keyakinan yang teguh,” katanya.
Ambo Asse juga menyinggung pengalaman dalam dialog antaragama, di mana ia menegaskan bahwa setiap pemeluk agama harus meyakini kebenaran agamanya masing-masing sebagai bentuk toleransi. “Saya bilang, Anda tidak boleh protes jika umat Islam menganggap agamanya benar, karena Anda juga harus meyakini kebenaran agama Anda. Itulah toleransi,” tegasnya.
Dalam konteks ibadah, ia mengingatkan bahwa ibadah harus berdasarkan perintah, bukan inisiatif sendiri. “Dalam ibadah, kalau tidak ada perintahnya, tidak boleh dilakukan. Berbeda dengan muamalah, yang boleh dilakukan selama tidak ada larangan,” jelasnya.
Menutup pengajian, Ambo Asse mengajak generasi muda Muhammadiyah, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Pemuda Muhammadiyah, untuk meramaikan pengajian di masjid.
“Masjid At-Tanwir harus menjadi tempat pencerahan. Mari ramaikan pengajian, agar masjid ini benar-benar mencerminkan namanya,” pungkasnya.