MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi di kancah Internasional. Melalui ajang Japan Design, Idea, and Invention Expo (JDIE) 2025 di Tokyo, Tim MedLink-Smart yang beranggotakan mahasiswa Program Studi Teknik Mesin UMS, mampu meraih medali emas dan penghargaan khusus dalam ajang bergengsi tersebut.
Kemudian, berdasarkan pemaparan Marko Refianto, Salah satu anggota tim, pada wawancara eksklusif, Ahad (13/7), MedLink-Smart merupakan perangkat medis berbasis internet atau disebut dengan internet of medical things (IoMT) yang terintegrasi dengan electronic medical record (EMR) yang ditunjang oleh berbagai kecanggihan berbasis akal imitasi (AI).
“Sistem kami mampu menyederhanakan proses diagnosis awal melalui integrasi AI dalam pelayanan medis,” jelas Marko.
Tak hanya itu, inovasi tersebut juga pernah mendapatkan penghargaan medali perak pada ajang UMS International Invobation Day (UIID) 2025. Marko mengungkap, bahwa persiapan kompetisi ini telah dimulai sejak hampir setahun yang lalu tepatnya pada September 2024.
Dengan arahan dari dosen pembimbing, Ir. Alfatih Hendrawan, S.T., M.T., dan dukungan dari PT. Dynatech International sebagai mitra pendukung utama menjadi kunci utama dalam pengembangan inovasi yang sistematis baik dari segi perencanaan hingga tahap manufaktur.
“Tanpa dukungan dari mereka, MedLink-Smart tidak akan bisa berkembang sejauh ini dan diakui di ajang Internasional,” ungkapnya.
Bagi mereka, JDIE 2025 di Tokyo ini merupakan sebuah pengalaman dan pelajaran yang luar biasa. Marko juga mengungkap bahwa timnya juga sangat terinspirasi oleh kedisiplinan masyarakat Jepang dalam menghargai waktu dan hal inilah yang juga memberikan motivasi kuat untuk membawa semangat profesionalisme dalam pengembangan riset di tanah air.
“Kami ingin mahasiswa Fakultas Teknik, khususnya Teknik Mesin, terus mendominasi dan membuktikan bahwa kami bisa berprestasi pada lintas bidang,” ujar Marko.
Dikutip dari website ums.ac.id, Empat anggota MedLink-Smart, antara lain Marko Refianto (manufaktur perangkat keras), Muhammad Adityo Rivalta (desain), Muhammad Akmal Indratma (pengembang perangkat lunak), dan Yoon Eaindray (analis sistem medis).
Keberhasilan pada ajang internasional ini menjadi bukti bahwa semangat kolaborasi dan kerja keras antara akademisi dan industri dapat melahirkan solusi nyata bagi pengembangan medis. Dengan semakin banyaknya prestasi yang diukir oleh Mahasiswa Muhammadiyah di berbagai sektor ini, juga menegaskan komitmen Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) dalam membina dan mendukung mahasiswanya untuk membangun Indonesia dan berprestasi di kancah global. (Bhisma)