MUHAMMADIYAH.OR.ID, KULON PROGO – Keberadaan Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) sebagai representasi Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) tidak hanya berkutat dalam urusan rumah sakit dan klinik semata.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Jum’at (18/7) dalam Rakernas MPKU PP Muhammadiyah di Hotel Morazen, Kulon Progo.
Haedar menekankan bahwa peran pelayanan kesehatan Muhammadiyah lebih luas tak sebatas urusan rumah sakit maupun klinik. Bahkan MPKU menurutnya juga memiliki irisan dengan promosi dan implementasi kebudayaan serta perilaku hidup sehat.
“Jadi pola makan itu juga memengaruhi pola hidup, dan sekarang juga mulai ada budaya hidup sehat – bahkan ada yang sampai makanan ekstrim vegetarian,” kata Haedar.
Dalam perilaku hidup sehat masyarakat, menurut Haedar diperlukan pandangan wasathiyah atau tengahan tidak kemudian dengan gebyah uyah – perilaku hidup ekstrim anti konsumsi makanan ini maupun itu.
“Yang sering bermasalah itu sebenarnya adalah berlebih-lebihannya itu. Maka lalu kok kemudian yang disalahkan nasi – padahal orang di Indonesia culture nya itu nasih, sih, yang tidak boleh itu kan kebanyakan,” katanya.
Di sisi lain, membatasi nasi untuk perilaku hidup sehat masyarakat tidak bisa diterapkan di semua kelas masyarakat. Sebab di kalangan bawah, tentu akan kesulitan menerapkan hidup tanpa makan nasi sebab kesulitan cari substitusinya.
Pada kesempatan ini, Haedar juga mendorong adanya pengawasan makanan di jajanan anak-anak. Ada beberapa jajanan yang memang kurang bersih, tapi tidak kemudian itu dilarang, tapi bagaimana pedagang bisa diedukasi untuk menyediakan jajanan yang bersih dan sehat.
“Ekosistem itu harus dibangun dalam menyehatkan masyarakat,” katanya.
Membangun ekosistem kesehatan itu dapat dilakukan dengan membangun jaringan bersama rumah sakit. Dengan membangun ekosistem kesehatan ini, diharapkan pelayanan kesehatan Muhammadiyah tidak hanya berbondong-bondong membangun rumah sakit maupun klinik.