MUHAMMADIYAH.OR.ID, SIDOARJO – Perbedaan hari-hari penting di tubuh umat Islam tak sebatas pada urusan metodologi, melainkan juga pada tidak adanya kalender tunggal yang digunakan oleh semua.
Hal itu yang menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Sabtu (26/7) dalam Wisuda ke-45 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) yang hadir secara daring.
Merespons kenyataan terbelahnya umat Islam dalam masalah waktu, Muhammadiyah secara resmi melakukan launching Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) untuk menyatukan dan memperkuat persaudaraan umat Islam se-dunia.
“Muhammadiyah ingin menyelesaikan persoalan yang selama ini menjadi crucial point, menjadi persoalan besar yakni kita berbeda dalam penentuan awal ramadan, idulfitir, iduladha, dan seterusnya,” kata Haedar.
Menurut Haedar, jika KHGT diterapkan secara global maka perbedaan-perbedaan yang menguras energi itu tidak akan terulang kembali pada masa-masa yang akan datang.
KHGT yang menggunakan sistem hisab akan memberikan kepastian bagi umat Islam dalam merencanakan berbagai urusan dalam kehidupan. Umat tidak perlu lagi cemas dengan perencanaan mudik dan rencana-rencana yang lain.
“Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk berilmu, selian beriman dan beramal salih. Perintah dan wahyu pertama kepada Nabi adalah Surat Iqra’,” ungkap Haedar.
Perintah iqra’ dijelaskan Haedar tidak hanya dipahami sebagai membaca dalam arti sempit, tapi juga membaca berbagai aspek sampai dengan membaca masa depan – tentu atas nama Allah SWT, tidak boleh meniadakan aspek Tuhan.
Dia menambahkan, umat Islam juga diajarkan untuk memiliki kapasitas menghitung. “Dalam konteks inilah maka hisab memiliki kekuatan pada Al Qur’an dan Hadis Nabi. Jika kita semua merujuk pada hisab, maka kita akan memiliki sistem kalender yang pasti,” katanya.
“Sehingga penentuan awal ramadan, idulfitri, iduladha, dan awal tahun hijriah tidak lagi bersifat accidental dalam arti menunggu H-1. Menunggu H-1 merupakan situasi waktu yang bisa bersifat spekulasi,” imbuhnya.