MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Jati Sarwo Edi, anggota Majelis Tablīgh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, memaparkan telaah mendalam tentang nama-nama surga dalam ajaran Islam dalam program televisi TVMu pada Jumat (25/07).
Merujuk pada karya-karya klasik ulama salaf, khususnya Syekh Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Jati menjelaskan bahwa ada delapan nama surga yang paling kuat berdasarkan dalIl dari al-Qur’an dan hadis sahih.
Menurutnya, meskipun Ibn Qayyim menyebutkan dua belas nama surga dalam beberapa tulisannya, pengelompokan menjadi delapan nama lebih merepresentasikan pembagian makna dan kategori yang jelas.
Delapan nama tersebut adalah Jannat al-Firdaws, Dār al-Salām, Jannat al-Na‘īm, Jannat ‘Adn, Jannat al-Khuld, Dār al-Muqāmah, Jannat al-Ma’wā, dan Dār al-Ḥayawān.
Jati menggarisbawahi keistimewaan Jannat al-Firdaws sebagai surga tertinggi dan terdekat dengan ‘Arsy, sebagaimana ditegaskan dalam hadis sahih. Ia juga menjelaskan makna Dār al-Salām sebagai tempat keselamatan mutlak, sebagaimana disebut dalam Q.S. al-An‘ām ayat 127 dan ditafsirkan oleh al-Imam al-Baghawi dan al-Imam al-Sa‘di. Tempat ini, menurutnya, ditujukan kepada para wali Allah yang telah disucikan dari segala bentuk keburukan dunia.
Dalam menjelaskan Jannat al-Na‘īm, Jati menekankan bahwa tempat ini diperuntukkan bagi orang-orang yang menggabungkan antara iman dan ‘amal salih secara istiqamah. Ia mengutip ayat-ayat al-Qur’an serta sabda Nabi Saw tentang pentingnya berinfak dalam kondisi lapang maupun sempit.
“Tidak cukup hanya beriman tanpa amal, begitu juga tidak cukup beramal tanpa keimanan,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa surga adalah tempat kenikmatan absolut yang tidak tergambarkan oleh akal manusia. Ia merujuk pada keterangan Ibn Qayyim yang menyebutkan berbagai kenikmatan surga seperti susu, madu, dan khamr yang tidak memabukkan, serta buah-buahan dan pepohonan tanpa duri, sebagaimana tercantum dalam Q.S. Muḥammad.
Semua itu, menurutnya, adalah kenikmatan hakiki yang menyempurnakan segala yang diidamkan manusia di dunia, namun tanpa cacat dan mudarat.
Dengan gaya santai namun bermakna, Jati menyampaikan harapannya agar di surga kelak tersedia pula teknologi seperti handphone, namun hanya untuk tujuan kebaikan.
“Semoga bisa digunakan untuk mengabadikan saat kita melihat wajah Allah,” ujarnya sambil tersenyum, seraya menegaskan bahwa harapan utamanya tetaplah ampunan dari Allah atas dosa-dosa.
Menutup kajiannya, ia mengajak umat untuk memantaskan diri meraih surga Allah dengan terus menjaga iman dan istiqamah dalam amal salih, sekecil apa pun amal itu. Ia juga mengingatkan pentingnya berdoa dengan doa sapu jagat: “Rabbanā ātinā fi al-dunyā ḥasanah wa fi al-ākhirati ḥasanah wa qinā ‘adhāba al-nār”.
Kajian ini menjadi pengingat spiritual bagi umat Islam agar senantiasa meningkatkan kualitas diri dengan dasar teologi yang kokoh, serta semangat beramal yang berkelanjutan demi meraih kehidupan abadi di salah satu dari delapan surga Allah.