MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMARINDA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais menyebut, pergantian pimpinan maupun jabatan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai hal yang biasa.
Hal itu disampaikan Dahlan Rais pada Kamis (24/7) dalam Pelantikan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT). Kepada UMKT Dahlan berharap kaderisasi pimpinan maupun jabatan tetap berlanjut tidak stagnasi.
“Jadi ini merupakan perjalanan yang berkelanjutan, yang sustainable yang saya kira dari sekian banyak perguruan tinggi ini akhirnya nanti yang mampu bertahan memberikan kontribusi dan sumbangan kepada masyarakat,” katanya.
Menyampaikan mimpinya jauh ke depan, Dahlan Rais berharap Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) dapat berumur panjang seperti perguruan tinggi Al Azhar, Oxford, dan Universitas Sorbonne.
Tantangan dunia perguruan tinggi ke depan menurutnya akan sangat kompleks, tak hanya sekadar kejar-mengejar menjadi yang terbaik dengan kompetitor, tapi juga yang perlu mendapat perhatian adalah meningkatkan sumber daya manusia.
Menurut Dahlan, sumber daya manusia ini menjadi bagian penting di tengah upaya menumbuh kembangkan sebuah lembaga pendidikan, khususnya PTMA. Maka PTMA harus sesegera mungkin menyiapkan kaderisasi.
Rendahnya Minat Baca: PTMA Perlu Bangun Atmosfer Akademik
Pada kesempatan ini Dahlan Rais juga menyampaikan beberapa kegelisahan dalam dunia akademik, salah satunya adalah rendahnya minat baca. Bahkan situasi ini juga dihadapi oleh mereka yang lulusan doktor di perguruan tinggi.
“Bahkan mereka yang guru besar itu jarang-jarang yang masih kemudian terus tekun membaca,” katanya.
Oleh karena itu, dia mengapresiasi beberapa kolega dosen termasuk Bambang Setiaji, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang selalu membawa buku untuk selalu menyempatkan membaca.
Maka PTMA diminta untuk membangun atmosfer akademik. Dosen atau pembimbing akademik harus memberikan dorongan dan motivasi supaya atmosfer akademik bisa terbangun di PTMA.
Secara lebih teknis Dahlan Rais mencontohkan dengan cara pemberian nilai kepada mahasiswa. Dia meminta supaya dosen tidak mengobral nilai dengan ‘murah’, sehingga mahasiswa tidak menganggap enteng proses belajar.