MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Memberikan amanah pada acara Milad Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ke 64 pada Selasa (22/7), Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir berikan refleksi penting bagi para kader untuk terus meneguhkan semangat kebersamaan dan loyalitas terhadap persyarikatan.
Pertama, Haedar menekankan bahwa di era kemajuan digital ini, peluang untuk maju semakin terbuka lebar, namun juga tantangan yang dihadapi akan semakin kompleks. Maka, ia mengingatkan agar para kader IPM agar tidak terjebak pada krisis mentalitas dan merasa berkekurangan.
“Kita di persyarikatan harus terus berjuang dan jangan pernah merasa selalu berkekurangan, merengek, kemudian merasa tidak diperhatikan. Hidup merupakan kompetisi, namun dalam kompetisi tersebut, kader IPM harus saling menyangga, saling mendukung dalam kebaikan,” pesan Haedar.
Kedua, Haedar menyebut bahwa semangat fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan ruh gerakan pelajar Muhammadiyah. Menurutnya, keberhasilan seorang kader tidak bisa dilepaskan dari kontribusi organisasi yang membesarkannya.
“Jangan pernah ada orang merasa sukses di luar, yang sebenarnya dia dulu lewat organisasi kemudian merasa besar sendiri, bahkan akhirnya menihilkan organisasi baik didorong secara langsung atau mungkin tumbuh secara organik diluar,” tegasnya.
Ketiga, Haedar kembali mengingatkan sekaligus menegaskan para kader bahwa berjuang di Muhammadiyah merupakan satu bentuk karunia dan keberkahan dari Allah.
“Berjuang di Muhammadiyah itu ada rahmat dan berkah tuhan. jangan semuanya dikalkulasi secara tasional atau rasional instrumental. Ada banyak dalam perjalanan hidup kita ini sebenarnya limpahan berkah dan anugerah Allah karena kita berjuang sungguh-sungguh dalam kehidupan,” ucap Haedar.
Terakhir, Haedar mengajak para kader IPM untuk terus menjadi pribadi terbaik yang menjunjung integritas dan memiliki dimensi spiritual kebaikan (irfani) dalam menjalani kehidupan pribadi ataupun di masyarakat.
“Kalau kamu berbuat baik, perbuatan baik akan kembali kepadamu, kalau kamu berbuat buruk, perbuatan buruk itulah yang akan melilit lehermu sendiri. Jadi kader Muhammadiyah itu kritis boleh, rasional boleh, tapi tetap ada dimensi irfani dalam kehidupan,” tutup Haedar. (bhisma)