MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Dalam rangka menumbuhkan kesadaran budaya dalam bidang nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan, Lembaga Seni Budaya (LSB) PP Muhammadiyah gelar Pengajian Budaya Bulanan #2 pada Jumat, (25/7) mengusung tema “Fikih Kebudayaan di Tengah Arus Globalisasi yang Kian Menanam”.
Ketua LSB PP Muhammadiyah Gunawan Budiyanto, menegaskan pentingnya seni dan budaya sebagai instrumen dakwah yang harus terus dikembangkan secara adaptif. Ia juga menyoroti perlunya integrasi perangkat digital sebagai medium kreatif untuk mengembangkan dakwah seni dan budaya di era globalisasi.
“Bagaimana kita selalu menjadi bagian dari orang-orang yang mudah terhadap perubahan lingkungan dan yang jelas kita perlu paham bahwa perubahan itu adalah suatu keharusan dan kita yang bergerak di bidang seni budaya harus menambah nilai pemahaman dan menambahkan konteks fiqih didalamnya,” ujar Gunawan.
Wakil Ketua LSB PP Muhammadiyah, Kyai Cepu turut menyampaikan tentang gagasan fikih kebudayaan yang telah dirumuskan.
Pertama,Relasi Agama dan Budaya. Pada poin ini, Kyai Cepu menegaskan bahwa memisahkan agama dari budaya adalah suatu hal yang mustahil, dimana budaya merupakan ruang hidup agama dan keduanya saling terikat dalam praktik keseharian umat Islam.
Kedua, Pemaknaan Kontekstual Terhadap Tradisi. Ia menyebut bahwa tradisi semacam tahlilan dan akikah perlu dipahami melalui pendekatan sejarah dan konteks sosial.
“Dalam manhaj tarjih Muhammadiyah, tahlilan dikategorikan sebagai ibadah umum yang mubah (boleh), selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat,” sebutnya.
Ketiga, Hukum Seni dan Ekspresi Budaya. Menurutnya, seni adalah bentuk ekspresi kultural yang tak selalu bertentangan dengan Islam.
“Seni merupakan bentuk ekspresi kultural yang tidak serta-merta bertentangan dengan Islam, selama substansinya tetap sejalan dengan nilai-nilai dakwah,” jelas Kyai Cepu.
Terakhir, tentang Budaya Berpikir Muhammadiyah dan Tantangan Salafisme. Dalam poin tersebut ia mengingatkan warga Muhammadiyah agar tetap menjaga karakter budaya berpikir yang terbuka, kontekstual, dan berkemajuan. (Bhisma)