MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta, Yayan Suryana, menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Jumat (11/07) dengan tema ketenangan jiwa dalam perspektif Islam.
Dalam khutbahnya, Yayan mengajak jemaah untuk merenungi fenomena kegelisahan yang kian merebak di tengah masyarakat modern, sekaligus menawarkan solusi melalui pendekatan spiritual dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengawali khutbah, Yayan mengungkapkan rasa syukur atas anugerah Islam sebagai agama yang sempurna, memberikan pedoman menyeluruh untuk kehidupan dunia dan akhirat.
“Islam mengajarkan kita menyikapi kehidupan agar baik di dunia dan akhirat, termasuk dalam urusan materi dan jiwa,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa Islam mengarahkan umatnya untuk mencapai ketenangan dan ketentraman batin, sebagaimana tujuan utama keimanan.
Namun, Yayan menyoroti fenomena ketidaktenangan yang kian marak di tengah masyarakat. Mengutip survei Asia Care Indonesia tahun lalu, ia menyebutkan bahwa 56% dari 1.000 responden mengalami kegelisahan dan stres. Salah satu penyebab utama, menurutnya, adalah dampak media sosial.
“Media sosial, yang seharusnya mempermudah hidup, justru menyumbang kegelisahan. Melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih sejahtera sering kali memicu kecemasan,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti tingginya tingkat stres di kalangan remaja, di mana satu dari tiga remaja mengalami tekanan batin. Yayan menegaskan bahwa akar masalah kegelisahan ini adalah menjauhnya manusia dari Allah.
Mengacu pada Al-Qur’an, Surah Ar-Ra’d ayat 28, ia mengutip, “Ala bizikrillahi tatmainnul qulub” (Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram). Menurutnya, zikrullah bukan sekadar melafalkan wirid, tetapi menghadirkan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
“Jika kita hanya melafalkan wirid untuk tujuan duniawi, itu justru bisa menambah stres. Zikrullah adalah menghadirkan Allah dalam hati dan kesadaran kita,” tegasnya.
Ia juga mengutip Surah At-Talaq ayat 2-3, yang menjanjikan jalan keluar (makhraja) dan kemudahan (yusra) bagi mereka yang bertakwa. “Orang mukmin yang bertakwa seharusnya tidak mudah stres. Jika kita merasa gelisah, berarti ada yang salah dalam cara kita beragama,” katanya.
Yayan menyarankan jemaah untuk melatih zikrullah dalam kehidupan sehari-hari, seperti menahan emosi saat marah, bersabar saat susah, dan bersyukur saat bahagia tanpa kesombongan.
Dalam khutbah kedua, Yayan kembali mengajak jemaah untuk membangun kesadaran spiritual melalui praktik ibadah yang sederhana namun mendalam. Ia mendorong jemaah untuk menjalankan salat tepat waktu dengan penuh kekhusyukan, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, serta meluangkan waktu untuk tafakur dan muraqabah.
“Kita juga perlu bersyukur atas nikmat sekecil apa pun dan menjaga silaturahim, bukan hanya di media sosial, tetapi dengan kehadiran fisik yang penuh makna,” pesannya.
Yayan menegaskan bahwa dunia modern menawarkan banyak pelarian, namun hanya kedekatan dengan Allah yang mampu menyembuhkan jiwa. “Orang yang paling kuat bukan yang paling kaya, tetapi yang hatinya paling damai,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan jemaah untuk terus bermuhasabah, mengevaluasi kedekatan dengan Allah, dan meningkatkan ketenangan hidup melalui ibadah sosial dan ritual.
Khutbah ini ditutup dengan doa untuk kebaikan dunia dan akhirat, sekaligus ajakan untuk terus meningkatkan ketakwaan. Yayan berharap jemaah dapat menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah, sehingga mampu menghadapi tantangan zaman dengan hati yang tentram.