MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG SELATAN – Perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah menciptakan gelombang besar arus informasi yang kerap kali menjadi pemicu perdebatan publik yang tidak produktif. Situasi tersebut, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, bukanlah habitat warga Muhammadiyah.
“Ciri gerakan Muhammadiyah itu dari ilmu lalu diamalkan—bukan justru diperdebatkan tanpa ujung,” tegas Haedar saat meresmikan Gedung Dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ciparay, Bandung Selatan, pada Senin (15/7).
Haedar mencontohkan, banyak perdebatan yang terjadi di masjid yang sudah rusak, atau di sekolah yang hampir roboh, namun tidak ada aksi nyata memperbaiki kondisi tersebut. “Itu bukan Muhammadiyah. Muhammadiyah itu menjadikan ilmu sebagai dasar untuk beramal, bukan untuk dipertengkarkan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Haedar mengajak seluruh warga Persyarikatan untuk meneladani pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, yang meletakkan dasar gerakan pada etos amal. Ia menekankan bahwa semua amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang kini besar, dulunya dimulai dari langkah-langkah kecil.
“Bukan watak Muhammadiyah memperoleh sesuatu secara instan. Semua itu proses,” ujarnya, mengingatkan pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam membangun.
Selain etos amal, Kiai Dahlan juga dikenal dengan pandangannya yang terbuka dan maju. Haedar mengingatkan agar warga Muhammadiyah tidak berpikiran sempit dan tidak selalu merasa menjadi kelompok yang paling menderita atau termarjinalkan.
“Kita harus punya rasa percaya diri, mandiri, dan berpikiran maju. Islam Berkemajuan itu mengajarkan kita untuk terus bergerak ke depan,” katanya.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur Muhammadiyah—yakni menjunjung tinggi agama Islam dan membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya—Haedar menekankan pentingnya pendekatan yang cerdas dan progresif dalam dakwah dan aktivitas sosial.
Menutup pesannya, Haedar juga menyoroti pentingnya perlindungan terhadap anak-anak dan keluarga dari pengaruh negatif media sosial. Menurutnya, teknologi informasi tak bisa dihindari, namun manusia dibekali akal dan hati untuk mengontrol diri.
“Banyak penyakit masyarakat berakar dari informasi negatif yang dikonsumsi publik. Ini menjadi tugas tambahan bagi PCM untuk ikut menjaga ketertiban dan moral publik,” tuturnya.