MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta supaya cara-cara lama seperti menengadahkan wadah infak di tengah jalan untuk membangun masjid dihentikan.
“Itu tugas mulia pak. Tapi mau sampai kapan saudara-saudara kita itu seperti itu,” kata Haedar pada Sabtu (26/7) ketika menerima kunjungan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di Attanwir Tower Gedung Dakwah Pusat Muhammadiyah, Jakarta Pusat.
Menurut Haedar, meskipun usaha membangun masjid adalah pekerjaan mulia namun tidak kemudian dilakukan dengan cara-cara yang membahayakan diri. Dia meminta supaya pranata atau Institusi seperti Baznas dapat membantu untuk urusan ini.
Tak hanya Baznas, Muhammadiyah menurut Haedar juga hadir menjadi solusi keumatan. Oleh karena itu, karena cakupan medan garap yang begitu luas Muhammadiyah dan Baznas diperlukan kerja sama untuk memaksimalkan peran.
“Maka dari itu diperlukan kolaborasi, sinergi untuk pentasyarufan zakat dari Baznas dengan berbagi,” katanya.
Di sisi lain, ketika ada kelebihan dari gerakan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Muhammadiyah juga menyalurkan kelebihan itu untuk wilayah atau kawasan-kawasan yang membutuhkan sentuhan sehingga kemajuan bisa dirasakan bersama-sama.
Guru Besar Ilmu Sosiologi ini menegaskan, kelebihan-kelebihan yang didapatkan dari AUM tidak digunakan untuk membangun kemegahan-kemegahan bagi dirinya sendiri. Sebab, masih banyak pihak lain yang lebih membutuhkan.
Meski dikenal sebagai organisasi Islam dengan kekayaan dan aset yang melimpah, namun kehidupan di Muhammadiyah tetap bersahaja. Haedar menyebut, kantor-kantor Muhammadiyah itu berdiri dengan tampilan sederhana namun gerakannya penuh makna dan menebar manfaat bagi semua.
Haedar mengamati, ketimpangan di Indonesia ini tidak hanya terjadi antara Jawa dengan luar jawa. Tapi di Jawa juga masih banyak daerah yang membutuhkan sentuhan untuk maju bersama-sama.
“Jadi kalau kita bisa memobilisasi kolaborasi bersama kita itu akan ada perubahan yang bagus dalam kehidupan umat Islam kita,” ungkapnya.
Ketimpangan dan rendahnya kelas ekonomi umat Islam perlu mendapat perhatian serius. Tentu dengan tidak serta merta melupakan masalah-masalah lain seperti agenda politik, demokrasi, dan hal-hal mendesak lainnya.