MUHAMMADIYAH.OR.ID, BLITAR — Ketua Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Latifa Iskandar menanamkan arti penting dari Qaryah Thayyibah yakni sebuah pedesaan yang menjalankan ajaran agama yang baik, termasuk diantaranya; Hablum minnallah, Hablum minnanas, dan Hablum minnal alam.
Hal tersebut ia ucapkan dalam pelaksanaan Milad ‘Aisyiyah ke 108 yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah di Gedung Koesoemo Wicitra, Bendogerit, Sananwetan, Blitar pada Selasa (1/7). Dengan mengusung tema Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Qaryah Thayyibah untuk Jawa Timur Mandiri dan Sejahtera.
“Menjalankan agama dengan baik dalam konteks vertikal terhadap Hablum minnallah, juga secara horizontal Hablum minnanas, serta hubungan terhadap alam semesta Hablum minnal alam,” lengkap Latifa.
Menurut Latifa hal ini harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan tindakan tersebut harus dipraktikkan di berbagai aspek kehidupan.
“Jadi tema ini yang menjadi dasar bahwa hakikatnya negara Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun) itu juga dimulai dari keluarga dan juga desa,”ungkapnya.
Swasembada Pangan Upaya Mewujudkan Qaryah Thayyibah
Hal yang penting dan mendasar bagi Latifa dalam mewujudkan Qaryah Thayyibah yakni ketersediaan swasembada pangan, mengingat negara Indonesia menduduki urutan ke 66 dari 113 negara perihal ketahanan pangan.
Menurutnya hal yang bisa diupayakan dengan terus mendorong program swasembada pangan yakni dengan kemampuan suatu negara untuk memproduksi semua kebutuhan pangan.
“Jadi kalau semua nyengkuyung (mendorong), semua melakukan kegiatan yang sama untuk mengarah kepada swasembada pangan insyaallah bisa dilakukan” ujar Latifa.
Antisipasi lainnya, Latifa sampaikan bahwa masyarakat juga bisa melakukan kemandirian pangan, dengan mencari pangan alternatif selain beras jika persediaan beras menipis.
“Maka di Aisyiyah juga direalisasikan, diupayakan dengan lomba-lomba pangan alternatif, jadi makan itu nggak harus beras,” pungkasnya.
Qaryah Thayyibah dalam Lingkup Komunal
Selain mendorong program swasembada pangan, Latifa juga menegaskan bahwa peran Aisyiyah sebagai organisasi perempuan juga bersama-sama saling bahu-membahu untuk menjadi bangsa yang berkemajuan.
“Insyaallah kalau diniati bisa dan kita selalu berupaya terus-menerus untuk bisa menjadi organisasi perempuan yang memberikan kebermanfaatan kepada umat dan bangsa,” imbuhnya.
Latifa mendorong agar Persyarikatan Aisyiyah baik di tingkat Pusat hingga Ranting dapat beradaptasi dan mampu membaca situasi.
“Aisyiyah harus menjadi organisasi yang lincah, ya, harus mampu membaca perubahan, sekarang perubahannya seperti apa? Aisyiyah ini harus mampu membacanya. Jadi itu yang berikutnya mampu merespon perubahan,” tegasnya.
Hal yang terpenting yang harus ditanamkan bagi persyarikatan Aisyiyah ialah membuka seluas-luasnya terhadap inklusivitas sebagai peran untuk kemajuan umat dan bangsa.
“Jadi tidak eksklusif, tapi kita inklusif dan momentum milad inilah kita bersama-sama melihat bagaimana kiprah dan peran Aisyiyah dalam memajukan umat dan bangsa,” pungkasnya. (Hizqil)