MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, menegaskan bahwa literasi merupakan salah satu prinsip utama dalam membangun Islam berkemajuan. Semangat untuk terus belajar, menurutnya, adalah kewajiban mendasar bagi setiap warga Muhammadiyah.
“Budaya literasi harus menjadi sikap hidup. Ini adalah fondasi agar warga Muhammadiyah mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Agung dalam kultum ba’da dzuhur di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, pada Selasa (15/7).
Agung menjelaskan, sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah menjadikan literasi sebagai pilar penting. Hal ini tercermin dari pendirian Majelis Pustaka sebagai salah satu majelis pertama setelah Majelis Tarjih. Ia mengingatkan bahwa budaya membaca dan belajar harus terus hidup di semua lini Persyarikatan, termasuk di lingkungan karyawan PP Muhammadiyah.
“Dulu gerakan literasi dilakukan di mana-mana. Maka budaya ini tidak boleh padam. Harus terus tumbuh, termasuk di kantor ini,” tegasnya.
Iqra: Perintah Awal yang Menjadi Akar Literasi
Mengacu pada wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni “Iqra” (bacalah), Agung menekankan pentingnya membaca sebagai landasan awal peradaban Islam. Bahkan, kata “Iqra” hadir sebelum perintah salat lima waktu, menunjukkan urgensi literasi dalam Islam.
“Perintah pertama dalam Al-Qur’an adalah literasi, adalah membaca. Maka membaca adalah fondasi paling dasar,” ujarnya.
Dengan kuatnya budaya literasi, lanjut Agung, akan tumbuh pula sikap kritis. Sikap ini tidak hanya memungkinkan seseorang menerima informasi, tetapi juga mengolah, menyaring, dan menyimpulkan untuk membentuk pendirian dan pemahaman yang matang.
“Sikap kritis itu penting. Ia bukan hanya mengumpulkan informasi, tapi bisa mengemasnya menjadi pemahaman yang bernilai dan bermanfaat,” jelasnya.
Literasi sebagai Solusi, Bukan Sekadar Informasi
Agung menutup pesannya dengan penekanan bahwa iqra harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Tujuan utama dari membaca dan belajar adalah melahirkan solusi atas berbagai persoalan hidup.
“Hasil dari iqra adalah manfaat. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling memberi manfaat bagi orang lain. Maka literasi harus melahirkan solusi,” tutup Agung. (hizqil)