MUHAMMADIYAH.OR.ID, KARANGANYAR – Tabligh Akbar dalam rangka Jambore Relawan Muhammadiyah ‘Aisyiyah diisi Ustaz Adi Hidayat yang juga merupakan Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Mengusung tema ‘Memperkuat Ketangguhan menuju Indonesia yang Berkemajuan’.
Mengulik sejarah tentang pemberian nama persyarikatan, Adi menjelaskan mengenai alasan di balik pemilihan kata Muhammadiyah.
“KH. Ahmad Dahlan, betapa jeniusnya beliau tidak memberikan nama yang lain pada persyarikatan ini, tapi memilih nama Muhammad di dalamnya. Muhammad itu namanya (nabi kita), muhammadiy (adalah) orang yang ikut Muhammad, dan Muhammadiyah (maknanya) bukan sekadar ikut saja, tapi berusaha meneladani nama-nama keistimewaan yang melekat pada sosok Muhammad itu,” tuturnya pada Kamis (26/6) di Tawangmangu Wonderpark, Karanganyar.
Dari uraian penjelasan yang Ustaz Adi sampaikan, semua nama yang melekat pada Rasulullah SAW seluruhnya merujuk pada sifat, antara lain yakni Ahmad, Al-Kafi, Al-Amin, dan lain-lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa betapa banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga seluruh namanya berupa sifat.
Meneladani apa yang telah diikhtiari oleh KH. Ahmad Dahlan, Adi menyerukan kepada seluruh peserta yang ada di pengajian, khususnya jamaah persyarikatan Muhammadiyah untuk muhasabah diri.
Ia mengajak jamaah untuk menilik kembali, apakah Muhammadiyah hanya dipakai dalam balutan kain dan peci yang tertulis nama persyarikatannya, atau nama tersebut sudah tertanam dalam hati dan kemudian terpancar darinya cahaya sifat-sifat Muhammadiyah. Karakter terpendam pada jiwa inilah yang nanti akan membimbing seluruh perilaku jamaah persyarikatan agar bersikap dan bersifat layaknya keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, penggunaan nama Ahmad dan Muhammad pun berbeda. Adi menjelaskan penyebutan nama Ahmad diperuntukkan bagi sifat istimewa berupa ritual, sedangkan Muhammad sifat istimewa berupa sosial. Ia juga menerangkan kembali alasan lain pemilihan kata Muhammad menjadi sebuah nama persyarikatan.
Kenapa KH. Ahmad Dahlan menamai persyarikatan dengan nama Muhammadiyah, karena kalau sifat ahmad, itu sifat yang melekat setidaknya wajib bagi setiap umat islam (salat, puasa, dan lain-lain).
“Jadi kalau Relawan MDMC, ‘Aisyiyah, ingin meningkatkan sifat ibadahnya sampai di titik melebihi kebiasaannya, itu merupakan (definisi) sifat Ahmad. Tapi kalau seseorang dianggap benar ibadahnya oleh Al-Qur’an, ternyata letaknya tidak pada kuantitasnya, melainkan ukuran yang menurut Allah sesuai pada standar fikih dan sosialnya. Bukti kebenaran ritual ibadah seseorang bagus kata Allah kalau ibadahnya bisa dipraktikkan dalam kehidupan sosialnya,”pungkasnya. (Wafiq)