MUHAMMADIYAH.OR.ID, TUNISIA – Masyarakat Indonesia di Tunisia begitu antusias dalam melaksanakan Iduladha 1446 H yang jatuh pada Jumat (6/6). Perayaan Iduladha di negeri berjuluk Tanah Ibn Khaldun tersebut terasa sangat meriah, bahkan sejak beberapa hari sebelum puncak Iduladha tiba.
Naufal Shol, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa (PCIM) Tunisia, mengungkap bahwa perayaan IdulAdha berjalan dengan baik dan lancar. Ditambah lagi, Naufal juga mengungkap bahwa dengan meningkatnya jumlah mahasiswa Indonesia di Tunisia, maka perayaan Iduladha di Wisma KBRI Tunisia juga turut meningkat.
“Sama seperti setiap tahunnya, Wisma KBRI Tunisia masih menjadi titik kumpul utama warga Indonesia untuk melaksanakan Salat Id dan Tahun ini, Salat Id dilaksanakan di dua titik yaitu Jami’ Zaitunah dan Wisma KBRI,”jelasnya.
Tradisi Kumpul Keluarga Warga Lokal Tunisia
Makna dan pengalaman berlebaran di luar negeri tentu merupakan momen langka yang tak dapat dirasakan oleh semua orang. Begitu juga Naufal dan mahasiswa muslim Indonesia yang merayakan lebaran IdulAdha di negeri Tunisia. Banyak momen, banyak pengalaman, bahkan hal-hal yang berbeda yang dirasakan.
“Tentu banyak sekali perbedaan disini, perayaan IdulAdha di Tunisia ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Idul Fitri. Bahkan selama dua minggu yang terhitung sejak menjelang Iduladha hingga setelahnya, pusat perbelanjaan di sini masih tutup, itu karena warga disini merayakan IdulAdha bersama dengan keluarga masing-masing,” ujarnya.
Ia juga menambahkan tentang ritual pemotongan hewan warga lokal di Tunisia. Naufal menyebut bahwa warga Tunisia banyak sekali yang memotong hewan qurban di rumah masing-masing lalu setelah itu dimasak untuk dimakan bersama dengan keluarga.
“Hal uniknya lagi, warga disini selalu memotong kambing di rumahnya masing-masing dan setelah itu dimasak menjadi hidangan untuk dimakan bersama keluarga masing-masing,” jelasnya.
Hidangan Iduladha yang disajikan masyarakat Tunisia cenderung lebih simpel dibandingkan dengan hidangan Iduladha di Indonesia. Kalau di Indonesia biasanya masyarakat membuat sate-satean, kalau di sini masyarakat cukup membuat daging bakar yang nantinya dikasih bumbu seperti lada dan garam.
Perbedaan yang begitu mencolok dari tradisi IdulAdha di Indonesia ini tentu menghasilkan kesan tersendiri bagi diaspora muslim Indonesia yang menjalankan aktivitasnya di Tunisia. Selain itu, hal tersebut membuktikan bahwa Islam bisa menyatu dengan tradisi yang ada di masing-masing negara, membuktikan luasnya jalinan dan keterikatan antar nilai-nilai islam dan kebudayaan muslim di seluruh belahan dunia. (Bhisma)