Setiap Iduladha, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah kurban sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT dan pengingat akan pengorbanan Nabi Ibrahim AS. Dalam praktiknya, muncul pertanyaan yang kerap mengundang diskusi: manakah hewan kurban terbaik—unta, sapi, atau kambing?
Rasulullah SAW memberikan teladan dalam memilih hewan kurban. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Aisyah atau Abu Hurairah, disebutkan:
عَنْ عَائِشَةَ أَوْ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُضَحِّيَ، اشْتَرَى كَبْشَيْنِ عَظِيمَيْنِ، سَمِينَيْنِ، أَقْرَنَيْنِ، أَمْلَحَيْنِ مَوْجُوءَيْنِ
“Dari Aisyah atau dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW ketika akan berkurban, beliau membeli dua kambing yang besar, gemuk, bertanduk, putih namun ada warna hitamnya” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi).
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memilih hewan kurban dengan kualitas terbaik, mencerminkan kesungguhan dalam ibadah. Kambing, sebagaimana dicontohkan, sering menjadi pilihan beliau. Hal ini diperkuat oleh hadis dari Anas bin Malik:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ وَأَنَا أُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ
“Rasulullah SAW berkurban dengan dua domba, dan saya berkurban dengan dua domba” (HR. Al-Bukhari).
Namun, apakah kambing selalu menjadi pilihan utama?
Para ulama memiliki pandangan berbeda. Menurut mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, dan Ibnu Hazm, unta adalah hewan kurban paling utama, diikuti sapi, lalu kambing. Satu domba bahkan dianggap lebih baik daripada satu per tujuh bagian sapi. Pendapat ini didukung oleh hadis Rasulullah SAW tentang keutamaan waktu shalat Jumat:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ…
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa mandi pada hari Jumat, kemudian pergi (shalat Jumat) pada saat pertama, maka seakan-akan ia berkurban unta; pada saat kedua, seakan-akan ia berkurban sapi; pada saat ketiga, seakan-akan ia berkurban kambing…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Urutan dalam hadis ini—unta, sapi, kambing—dianggap sebagai indikasi hierarki keutamaan hewan kurban. Selain itu, unta memiliki keunggulan praktis: ukurannya yang besar, harganya yang lebih mahal, dan jumlah daging yang melimpah membuatnya lebih bermanfaat untuk dibagikan kepada kaum muslimin. Sapi juga memiliki keunggulan serupa dibandingkan kambing, meskipun dalam skala yang lebih kecil.
Sebaliknya, Imam Maliki berpendapat bahwa kambing adalah pilihan terbaik, diikuti sapi, lalu unta. Pandangan ini didasarkan pada kebiasaan Rasulullah SAW yang lebih sering berkurban dengan kambing, yang dianggap sebagai bentuk kemudahan bagi umat. Tidak semua orang mampu membeli unta atau sapi, tetapi kambing lebih terjangkau dan mudah didapat.
Pilihan Rasulullah untuk berkurban dengan kambing juga mencerminkan prinsip meringankan beban umat, sebagaimana kambing cukup untuk mewakili kurban satu keluarga.
Meski begitu, esensi kurban tidak hanya terletak pada jenis hewan, tetapi juga pada niat dan keikhlasan. Dalam hadis dari Abu Ayyub al-Anshari, disebutkan:
كَانَ الرَّجُلُ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ، ثُمَّ تَبَاهَى النَّاسُ، فَصَارَ كَمَا تَرَى
“Dahulu di masa Nabi SAW, seorang lelaki berkurban dengan satu kambing untuk dirinya dan keluarganya. Mereka makan sembelihan tersebut dan memberi makan orang lain. Kemudian setelah itu, orang-orang mulai berbangga-bangga (dengan banyaknya hewan kurban) sebagaimana engkau lihat” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Hadis ini mengingatkan bahwa kurban, meskipun hanya satu kambing, telah cukup untuk sebuah keluarga, dengan pahala yang mengalir untuk anggota keluarga yang hidup maupun yang telah wafat. Namun, hadis ini juga memperingatkan bahaya sikap membanggakan jumlah atau jenis hewan kurban, yang dapat merusak keikhlasan ibadah.
Lantas, hewan kurban mana yang terbaik?
Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Fuad Zein, jika mampu, unta menjadi pilihan utama karena manfaat sosialnya yang luas. Sapi menyusul sebagai pilihan kedua, sementara kambing tetap mulia, terutama karena diteladankan Rasulullah SAW.
Yang terpenting, kurban harus dilakukan dengan niat tulus, memilih hewan yang sehat dan berkualitas, serta menghindari sifat riya atau berbangga-bangga. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hajj: 37):
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ
“Daging-daging dan darah-darahnya tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang sampai kepada-Nya.”
Referensi:
Fuad Zein, “Fikih Kurban Kontemporer”, Makalah yang disampaikan dalam acara Seminar Iduladha 1443 H pada Sabtu, 2 Juli 2022.