MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk mendoakan masyarakat Indonesia yang sedang melakukan ibadah haji agar sejak wukuf di arafah dan segala prosesnya sampai selesai ibadah haji diberikan kemudahan, kelancaran, dan ridha Allah SWT sehingga menjadi haji mabrur.
“Bagi mereka yang kebetulan tidak bisa berangkat haji karena satu dan lain hal, belajarlah untuk ikhlas dan terus berikhtiar, siapa tau Allah SWT membuka jalan kemudahan di tahun depan. Kaum beriman selalu diuji oleh banyak hal dan terimalah ujian itu untuk membuat kita semakin bersyukur nikmat dan terus berikhtiar,” pesan Haedar pada Kamis (5/6).
Bagi mereka yang berhaji, lanjut Haedar, haji mabrur tentu merupakan tujuan dari peribadatan haji itu sendiri, bahkan nabi menjanjikan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.
“Al mambrur adalah segala kebaikan baik yang diperintahkan dan diberikan oleh syariat maupun dalam segala hal kehidupan yang dibenarkan oleh syariah serta menjadi sunatullah dalam hukum kebaikan antar sesama dan dalam kehidupan semesta,” papar Haedar.
Haedar kembali mengajak mereka yang sedang berhaji dan nanti selesai berhaji, maupun kita diantara kaum muslimin yang sudah berhaji untuk merawat kemabruran tersebut dalam segala bentuk kebaikan yang hablum minallah maupun hablum minannas.
“Menjadi orang-orang yang menebar kesalehan bukan hanya pada diri pribadi tapi untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan semesta,” jelas Haedar.
Haedar berharap jangan sampai kemabruran berhenti dalam satu minggu, satu bulan, satu tahun, tetapi setelah itu redup kembali dari jiwa kita.
“Jagalah kemabruran itu,”tegas Haedar.
Haedar juga menegaskan bahwa ibadah haji dalam ajaran Islam bukanlah ziarah dan berbayar. Haji hukumnya adalah kewajiban kifayah bagi mereka yang istithaah (mampu secara fisik dan rahani) karena lokasi dan tempatnya di Saudi Arabia, di Makkah, di Jazirah Arab Musna, di Madinah, maka bagi mereka yang ada di negeri-negeri Arab khususnya di Arab Saudi, dapat dengan mudah menjalankannya, bahkan dapat berjalan kaki tanpa berbayar.
“Berbayar bagi mereka yang ada di luar negeri dan harus naik pesawat terbang, akomodasi, dan lain sebagainya. Itu adalah keniscayaan yang duniawi dan bersifat alami dan umum,”jelas Haedar.
Kita yang ada di dalam negeri pun sama, ketika berpergian ke suatu tempat baik untuk berpergian dan berurusan yang bersifat rohaniyah, religius, dan spiritual maupun yang bersifat normatif, semua juga memerlukan hal-hal yang bersifat administrasi dan dana yang bersifat lumrah.
“Tetapi inti dari ibadah haji itu bukanlah ziarah, haji adalah ibadah untuk selalu mengabdi kepada Allah dalam segala ritual yang telah ditentukan oleh ajaran Islam, baik rukun wajib maupun sunahnya,”jelas Haedar.
Haedar juga menegaskan bahwa Islam tidak bersifat diskriminatif, islam tidak bersifat material, lebih dari itu islam mengajarkan hal-hal yang bersifat ibadah, dan hal-hal yang bersifat ritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan melahirkan kesalehan untuk kehidupan.
“Di luar itu ada hal-hal yang bersifat muamallah duniawiyah untuk menjalani segala aspek kehidupan baik yang lingkupnya kecil maupun besar dalam berbangsa, bernegara, bahkan relasi kemanusiaan global, juga memberi kaidah-kaidah yang konstruktif yang intinya adalah menebar rahmat bagi semesta. Itulah Islam,” pungkas Haedar. (bhisma)