Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) merupakan ikhtiar Muhammadiyah untuk membangun satu sistem kalender Hijriah yang bersifat global, ilmiah, dan seragam yang dapat digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia secara serentak. Tujuan KHGT adalah mengatasi perbedaan dalam penetapan awal bulan Hijriah seperti Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha yang selama ini sering terjadi antarnegara dan bahkan antarkelompok dalam satu negara. KHGT juga dimaksudkan agar dapat mendorong persatuan umat Islam global melalui sistem kalender yang akurat, berlaku serentak, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan syar’i.
KHGT merupakan ikhtiar memutakhirkan sistem kalender Hijriah sebagai khazanah penting peradaban Islam dalam konteks kehidupan masyarakat muslim yang kian mengglobal. KHGT berangkat dari upaya untuk memecahkan persoalan mengenai standardisasi waktu, akurasi penanggalan, dan integrasi global kaum muslim dalam melaksanakan kegiatan keagamaan.
KHGT yang diinisiasi oleh Muhammadiyah tentu lahir dan berpijak pada etos keilmuan yang sudah mengakar dalam peradaban muslim. Sebagaimana yang telah kita ketahui, para ilmuwan Muslim telah memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu falak dan astronomi. Al-Battani (858-929 M) mengoreksi data Ptolemaik dan menghasilkan tabel astronomi yang berpengaruh hingga ke Eropa. Al-Biruni (973-1048 M) menulis tentang pengukuran waktu, musim, dan gerak benda langit dengan metode eksperimental dan observasional yang menakjubkan untuk zamannya. Nasir al-Din alTusi (1201-1274 M) bahkan membangun observatorium Maragha dan menciptakan model gerak planet yang kelak menjadi inspirasi bagi Copernicus (1473-1543 M).
Sejak abad pertengahan, para ilmuwan Muslim seperti alBattani, al-Biruni, dan Nasir al-Din al-Tusi telah mengembangkan metode hisab dengan tingkat presisi tinggi. Dalam konteks ini, gagasan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang berbasis hisab global dapat dipahami sebagai kelanjutan dari spirit sains yang telah dirintis oleh ilmuwan-ilmuwan muslim terkemuka di bidang astronomi.
Tanggapan lainnya adalah bahwa tujuan KHGT untuk standardisasi waktu yang berlaku global dan serentak mustahil terwujud. Pandangan seperti ini tentu saja wajar saja dan dapat dipahami. Namun, berdasarkan perkembangan teknologi mutakhir, secara teknis, KHGT sudah sangat mungkin diwujudkan. Saat ini, perhitungan posisi bulan dan matahari dapat dilakukan hingga tingkat akurasi milidetik. Secara teknis, KHGT dapat disinkronisasi dengan Universal Time Coordinated (UTC). Artinya, tidak ada halangan teknis untuk memulai mewujudkan penerapan KHGT. Meski teknologi sudah memungkinkan ikhtiar penerapan KHGT, dibutuhkan proses berikutnya untuk mengatur diplomasi antar ulama, negara dan organisasi keislaman di seluruh dunia. Kesadaran umat terkait dengan kesatuan simbolik dalam ibadah pun juga menjadi tugas syiar yang menantang.
Muhammadiyah secara organisatoris akan memulai penerapan KHGT secara internal pada 1 Muharam 1447 H. Untuk itulah buku ini dibutuhkan sebagai referensi bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah. Kami berharap semoga buku ini dapat membantu penelusuran latar gagasan dan arah implementasi KHGT yang tengah diinisiasi oleh Muhammadiyah.
Naskah lengkap dalam tiga bahasa dapat diunduh di sini