MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menerima kunjungan dari Pimpinan Zheng He International Peace Forum (ZIPF), Hai Yun Ma bertempat di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta pada Jumat (20/6).
Pertemuan tersebut diadakan dengan tujuan kolaborasi dan dialog untuk penyelenggaraan Zheng He International Peace Forum yang merupakan sebuah forum Internasional yang berfokus pada pembahasan isu umat muslim global terutama yang berada di Kawasan Timur Tengah dan Tiongkok.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq Mughni menyatakan bahwa pembahasan kolaborasi ini bertujuan untuk menghimpun para akademisi khususnya akademisi dari Muhammadiyah untuk turut mendiskusikan tentang permasalahan yang berkaitan dengan umat muslim global.
“Saya sekarang Bersama Prof. Hai Yun Ma professor yang mengajar di Universitas di Amerika. Kami membahas beberapa hal soal rencana Zheng He Forum, sebuah forum yang menghimpun para akademisi untuk mendiskusikan tentang masalah yang berkaitan dengan umat islam, timur Tengah, dan masyarakat Muslim di China,” terang Syafiq.
Bagi Syafiq, rencana diadakannya forum bertaraf Internasional ini dinilai sangat menarik dan penting. Syafiq mengungkap bahwa saat ini pimpinan Zheng He Forum sedang menjajaki kemungkinan untuk penyelenggaraan Zheng He Forum dimana yang kemungkinan menjadi tuan rumah adalah Universitas Muhammadiyah yang ada di Jakarta (UHAMKA atau UMJ) atau di Kota Malang (UMM).
Syafiq juga mengungkap bahwa Muhammadiyah Bersama Zheng He Forum telah menandatangani Kerjasama, dimana beberapa kali Muhammadiyah diundang untuk hadir pada seminar dan forum Internasional di berbagai negara.
“Kita sedang menjajakai beberapa kemungkinan tuan rumah penyelenggaraan forum ini yakni di Jakarta (UHAMKA atau UMJ) atau di Kota Malang (UMM) dan beliau sedang mengusahakan untuk bicara langsung dekan para rector,” jelas Syafiq.
“Juga terdapat MOU yang sudah ditandatangani antara Muhammadiyah dan Zheng He Forum beberapa bulan yang lalu. Kami juga beberapa kali diundang untuk hadir ke beberapa seminar yang telah diadakan di berbagai negara. Itu merupakan pengalaman yang sangat menarik karena banyak tema-tema yang sebelumnya tidak menjadi perhatian kita tapi itu ternyata cukup menarik dan sangat penting bagi masyarakat Islam termasuk juga bagi persyarikatan Muhammadiyah,” imbuh Syafiq.
Lebih lanjut, turut membahas tentang sejarah masuknya umat Muslim di Tiongkok dan di Indonesia hingga konflik yang terjadi di Timur Tengah, Pimpinan Zheng He International Peace Forum (ZIPF), Hai Yun Ma memaparkan bahwa forum ini bisa menjadi alternatif dan jalan untuk para akademisi dunia untuk saling berdiskusi melalui sebuah forum.
“Kami telah mengadakan beberapa konferensi internasional di Malaysia, Pakistan, Kazakhstan, Dubai, dan juga di Surabaya di tahun 2019 lalu. Saya harap Muhammadiyah dapat memainkan perannya dalam forum ini, untuk berdiskusi apapun terkait Muslim dan Islam, terutama tentang social development, pertukaran budaya, dan isu global lainnya. Itulah tujuan saya disini untuk berdiskusi dengan para pimpinan Muhammadiyah dan membahas venue penyelenggaraan event ini kedepan,” ujar Hai Yun Ma yang juga merupakan seorang akademisi dari Frostburg State University Amerika.
Kemudian, turut membahas tentang isu Israel dan Iran, Hai Yun Ma menyatakan bahwa isu global ini merupakan satu isu yang begitu penting terutama bagi seluruh negara muslim didunia. Ia memaparkan bahwa penyatuan dan penguatan sektor keamanan negara Muslim di seluruh dunia penting untuk terus dikembangkan dan perlu untuk menjadi perhatian dan kajian bersama.
“Berkaitan dengan isu Israel dan Iran yang menimbulkan masalah penting bagi seluruh negara Muslim, bagaimana kitab isa melindungi diri kita sendiri, karena saat ini lembaga-lembaga Internasional pada dasarnya telah runtuh dan PBB juga tidak berfungsi. Semua lembaga internasional lainnya juga pada dasarnya telah berhenti berfungsi karena Israel dan Amerika Serikat,” jelasnya.
“Jadi saya harap semua pemimpin tertinggi harus serius memikirkan masalah keamanan untuk seluruh negara. Harus memikirkan teknologi secara keseluruhan, terutama pemikiran tentang teknologi nuklir, itu perlu dikaji dan terus dikembangkan sebagai pencegah dan pelindung bagi rakyat di negara kita,” tegasnya. (Bhisma)