MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Poster Kongres Muhammadiyah ke-20 yang digelar di Yogyakarta pada 8-16 Mei 1931 kembali menjadi perbincangan setelah Mark Woodward mengulasnya melalui akun Facebook-nya pada Senin (12/05).
Dalam komentarnya, Research Professor di Center for the Study of Religion and Conflict, Arizona State University, ini menyoroti keindahan seni poster tersebut sebagai representasi gaya Art Deco khas Indonesia, sekaligus mengungkap pesan anti-kolonial yang tersembunyi di dalamnya.
Muhammadiyah yang berdiri di Yogyakarta pada 1912 telah tumbuh menjadi kekuatan besar dengan jaringan luas di bidang pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial. Organisasi ini tidak hanya beroperasi di Indonesia, tetapi juga telah merambah Australia, Mesir, Malaysia, Singapura, serta memiliki cabang di Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.
Kongres ke-20 di Yogyakarta menjadi salah satu tonggak sejarah yang menegaskan peran Muhammadiyah dalam memajukan umat melalui pendekatan modern.
Poster kongres tersebut, menurut Woodward, merupakan contoh seni Art Deco Indonesia, sebuah gaya seni yang populer di Eropa dan Amerika Utara pada era 1920-an hingga 1930-an, yang dikenal dengan desainnya yang elegan dan modern.
Lebih dari sekadar estetika, poster ini menyimpan pesan politik yang halus. Sosok Pangeran Diponegoro, pahlawan Yogyakarta yang memimpin Perang Jawa (1825-1830) melawan penjajah Belanda, digambarkan sebagai figur sentral yang menunjuk ke arah Masjid Gedhe Kauman, tempat kelahiran Muhammadiyah.
Gestur ini mengisyaratkan bahwa perjuangan melawan kolonialisme yang dimulai oleh Diponegoro akan dilanjutkan dari basis keagamaan dan kebangsaan Muhammadiyah.
Menariknya, pemerintah kolonial Belanda tampaknya tidak memahami makna simbolis dalam poster tersebut, sehingga kongres dapat berlangsung tanpa gangguan berarti. Hal ini menunjukkan kecerdikan Muhammadiyah dalam menyampaikan pesan perlawanan melalui seni tanpa memicu reaksi keras dari pihak kolonial.
Ulasan Woodward ini menggarisbawahi bahwa poster Kongres Muhammadiyah 1931 bukan hanya karya seni biasa, tetapi juga simbol perpaduan antara keimanan, kebudayaan, dan semangat kebangsaan.
Melalui desain yang memukau dan pesan yang mendalam, poster ini mencerminkan visi Muhammadiyah dalam memperjuangkan kemajuan umat di tengah tekanan kolonial, sebuah warisan yang tetap relevan hingga hari ini.