MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan tahniah atas Milad ke-94 Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA). Haedar menyampaikan poin penting tentang bagaimana Milad dapat menjadi kekuatan dan pemacu dalam pergerakkan NA dimasa depan.
“Atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saya menyampaikan tahniah, selamat atas milad ke 94 Nasyiatul ‘Aisyiyah. Milad ini mengambil tema “Perempuan Tangguh Cerahkan Peradaban” sebuah tema yang sangat besar dan berat,” ungkap Haedar pada Jum’at (16/5).
Dalam momentum tersebut Haedar juga turut mendorong agar NA dapat terus membangun spirit pergerakan. Kemajuan pergerakan Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai usaha dan peran khususnya sangat ditentukan oleh bagaimana NA meningkatkan kualitas dan gerak sentrifugal dari usaha-usahanya yang secara normatif sudah disebutkan dalam ADRT dan program hasil muktamar.
“Kualitas dan gerak sentrifugal itu menunjukan NA sebagai kekuatan yang mengedepankan kegiatan nyata hasil dari program dan perwujudan dari usahanya. Dengan demikian NA akan memiliki tolak ukur dari pergerakannya lewat kegiatan-kegiatan yang berkualitas,” jelas Haedar.
Dengan kualitas program dan pergerakan yang bagus, Haedar menyebut bahwa hal tersebut akan mampu membawa NA untuk terus bersaing dan bertanding dengan pergerakan lainnya dengan dan dalam gerak bidang yang sama sebagai organisasi perempuan berbasis keagamaan dan kemasyarakatan.
“Dalam titik inilah milad harus menjadi kekuatan penggerak bagi para pimpinan NA dari pusat sampai bawah agar milad tidak hanya sekedar seremonial belaka tetapi betul-betul menjadi pemacu pergerakan,” terangnya.
Yang kedua, Haedar menuturkan bahwa tema besar yang diusung NA itu sungguh memerlukan ikhtiar yang sungguh-sungguh yang sifatnya melipatgandakan segala kemampuan, potensi, dan usaha. Haedar meyakini bahwa ketangguhan tersebut memerlukan proses yang mudawamah, dan proses yang berkelanjutan.
“Dalam konteks ini baik ketangguhan sumber daya insaninya, ketangguhan sistem pergerakannya, dan ketangguhan kemampuan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh NA baik didalam bahkan sampai dengan mancanegara,” jelas Haedar.
“Maka milad ini juga harus menjadi kekuatan pergerakan yang terus menjadi inspirasi bagi para pimpinan. Perempuan tangguh juga harus menunjukan kekuatan pemikiran, para pimpinan NA harus menjadi orang-orang yang kuat pemikirannya, luas wawasannya sehingga mampu mengarahkan perjalanan pergerakan NA dalam perspektif yang multidimensi dan multipandangan,” pesan Haedar.
Era AI dan Revolusi Digital Memerlukan Tokoh-Tokoh yang Pemikirannya Melintas
Turut membahas mengenai era perubahan sosial dan globalisasi dimana pada saat ini perkembangan teknologi, science, dan digital mengalami perkembangan yang begitu pesat, Haedar meyakini bahwa momen Milad ini dapat dijadikan momentum untuk terus belajar dan membangun pergerakan melalui penguatan iman dan ilmu pengetahuan.
“Kita memang berhadapan dengan Artificial Intelligence (AI) tapi kekuatan manusia melampaui AI. Jika kita mampu memobilisasi potensi yang diberikan tuhan ini yakni berupa akal pikiran dan kemampuan berilmu, disinilah kalau kita ingin punya derajat yang tinggi, membangun peradaban yang maju, maka iman dan ilmu harus menjadi satu kesatuan dalam pergerakan kita,” jelasnya.
Peradaban yang tinggi tersebut merupakan puncak dari kebudayaan yakni sistem pengetahuan kolektif manusia. Maka dalam menyikapinya Haedar memaparkan kunci utama dalam membangun peradaban yang tinggi dan berkualitas.
“NA jika ingin membangun peradaban yang tinggi, maka kuncinya pada menggerakan sistem pengetahuan kolektif menjadi budaya dan kebudayaan yang hidup di NA. Cinta ilmu, cinta membaca, cinta kemajuan itu adalah tahap meraih dan membangun peradaban,” tutur Haedar.
“Jika kader NA cinta ilmu, cinta mebaca, cinta kemajuan, maka membangun peradaban itu akan menjadi suatu proses yang akan bisa ditempuh secara tahap demi tahap bukan menjadi sesuatu yang bersifat retorik,” pungkas Haedar.
Terakhir Haedar menyimpulkan bahwa pergerakan manapun yang mempunyai landasan keagamaan, kunci utamanya adalah keikhlasan, penghidmatan dan tujuan untuk meraih ridho dan karunia Allah. Kader dan Pimpinan NA harus terus bergerak lebih jauh untuk berkhidmat, meraih ridho dan karunia Allah.
“Akhirnya bahwa pergerakan manapun yang mempunyai landasan keagamaan, kunci utamanya adalah keikhlasan, penghidmatan dan tujuan untuk meraih ridho dan karunia Allah. Maka para kader dan pimpinan Nasyiatul ‘Aisyiyah harus terus bergerak dengan spirit ikhlas, semangat untuk berkhidmat dan lebih jauh dari itu, utnuk meraih ridho dan karunia Allah,” tutupnya. (bhisma)