Senin, 14 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Penambahan Nama Suami di Belakang Nama Istri, Bolehkah?

by ilham
2 bulan ago
in Artikel, Berita, Hukum Islam
Reading Time: 3 mins read
A A
Muhadjir Effendy Minta Pasangan Nikah Muda Dibina Harmoni dan Ekonominya

Di tengah dinamika sosial dan budaya masyarakat Indonesia, praktik penambahan nama suami di belakang nama istri menjadi fenomena yang lazim ditemui. Tradisi ini kerap dilakukan untuk memudahkan pengenalan dalam lingkungan baru, terutama ketika seorang istri mengikuti suami ke suatu wilayah.

Namun, bagaimana pandangan Islam terhadap praktik ini? Apakah ada dalil yang melarang atau membolehkannya? Tulisan ini akan mengupas fenomena tersebut dengan merujuk pada fatwa, ayat Al-Qur’an, hadis, serta realitas budaya masyarakat Indonesia.

Menurut fatwa Muhammadiyah yang dimuat dalam Tanya Jawab Agama Jilid 1 (cetakan ke-10, 2020), Tim Fatwa menyimpulkan bahwa tidak ada hadis yang secara eksplisit melarang penambahan nama suami di belakang nama istri. Praktik ini dikategorikan sebagai bagian dari ‘urf atau kebiasaan masyarakat, selama nama yang ditambahkan memiliki makna yang baik.

Sebagai contoh, jika seorang istri bernama Aminah memiliki suami bernama Abdurrahim, maka penambahan nama sebaiknya adalah “Aminah Abdurrahim”, bukan sekadar “Aminah Rahim”. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga makna positif dalam penamaan, sekaligus memudahkan identifikasi tanpa mengubah esensi nasab.

MateriTerkait

Melanjutkan Jejak Tafsir: Bergabunglah dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah III Tahun 2025

Fortasi: Membangun Pelajar Muhammadiyah yang Tangguh dan Berkarakter

Abdul Mu’ti Dorong IPM Hadirkan Pemimpin Masa Depan

Nama dalam Islam memiliki fungsi penting sebagai alat untuk saling mengenal, sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an, Surah al-Ahzab ayat 5:

ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini turun berkaitan dengan kisah Zaid bin Haritsah, sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir. Pada masa Jahiliyah, anak angkat seperti Zaid dipanggil dengan nama ayah angkatnya, misalnya “Zaid bin Muhammad”.

Namun, Allah melarang praktik ini karena dapat menghapus hak dan kewajiban ayah kandung. Ayat tersebut menegaskan bahwa nasab harus tetap terjaga, dan jika ayah kandung tidak diketahui, seseorang dapat dipanggil sebagai saudara seagama atau dengan nama lain seperti bin fulan atau julukan berdasarkan pekerjaan.

Namun, perintah ud’uuhum li abaaihim (panggil mereka dengan nama ayah mereka) tidak bersifat mutlak. Dalam konteks perkembangan zaman dan tradisi masyarakat, perintah ini dapat disesuaikan selama tidak bertentangan dengan syariat.

Di Indonesia, penambahan nama suami di belakang nama istri tidak bertujuan untuk mengubah nasab, melainkan hanya untuk memudahkan pengenalan dalam lingkungan sosial. Misalnya, ketika seorang istri pindah ke lingkungan baru, ia sering kali dikenali melalui nama suaminya, seperti “Siti Munir” (Siti istri Pak Munir) atau “Bu Wawan” (istri Pak Wawan). Bahkan, dalam beberapa kasus, penamaan disesuaikan dengan profesi, seperti “Bu Siti Dokter” untuk membedakan dua individu dengan nama yang sama.

Praktik ini berbeda dengan penisbatan yang dilarang dalam Al-Qur’an. Penisbatan yang diharamkan adalah ketika seseorang secara sengaja mengganti nasab dengan menggunakan bin atau binti diikuti nama selain ayah kandung.

Sebagai contoh, fatwa ulama Arab Saudi mengharamkan penambahan nama suami di belakang nama istri karena tradisi di sana selalu menyertakan bin/binti dalam penamaan, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman nasab. Hal ini diperkuat oleh hadis dalam Shahih al-Bukhari:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ … وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

“Dari ‘Aisyah r.a., bahwa orang-orang Quraisy menghadapi masalah tentang seorang wanita suku Makhzumiyyah yang mencuri… Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya.” [H.R. al-Bukhari, 3216]

Hadis ini menunjukkan pentingnya menjaga identitas nasab yang benar, seperti “Fatimah binti Muhammad”. Oleh karena itu, ulama Arab Saudi mengharamkan penambahan nama suami yang berpotensi mengaburkan nasab. Sebaliknya, ulama Mesir membolehkan praktik ini dengan syarat tidak mengubah nasab dan hanya bertujuan memudahkan panggilan.

Di Indonesia, penambahan nama suami di belakang nama istri merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan syariat. Praktik ini tidak mengubah dokumen resmi yang mencantumkan nasab ayah kandung, sehingga tidak menghapus hak dan kewajiban terhadap keluarga asal. Sebagai contoh, dalam lingkungan masyarakat, panggilan seperti “Bu Munir” atau “Siti Wawan” hanya bersifat sosial dan tidak menggantikan identitas resmi seseorang.

Kesimpulannya, fenomena penambahan nama suami di belakang nama istri di Indonesia adalah wujud ‘urf yang dibolehkan dalam Islam selama tidak bertujuan mengubah nasab. Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal dalam memudahkan interaksi sosial tanpa melanggar prinsip syariat.

Sebagaimana kaidah ushul fiqh, “al-‘adatu muhakkamatun” (adat dapat dijadikan dasar hukum selama tidak bertentangan dengan syariat), praktik ini menjadi bukti bahwa Islam mampu berdialog dengan budaya lokal demi kemaslahatan umat.

Referensi:

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Hukum penambahan Nama Suami di Belakang Nama Istri”, dalam Majalah Suara Muhammadiyah No. 05 tahun 2022.

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Dinilai Berhasil Kelola Pendidikan, Peneliti Asal Turki Akui Kekagumannya kepada Muhammadiyah

Next Post

Negara Bisa Hebat Asal Menjaga Persatuan dan Bersih dari Korupsi

Baca Juga

Melanjutkan Jejak Tafsir: Bergabunglah dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah III Tahun 2025
Artikel

Melanjutkan Jejak Tafsir: Bergabunglah dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah III Tahun 2025

14/07/2025
Fortasi: Membangun Pelajar Muhammadiyah yang Tangguh dan Berkarakter
Berita

Fortasi: Membangun Pelajar Muhammadiyah yang Tangguh dan Berkarakter

14/07/2025
Abdul Mu’ti Dorong IPM Hadirkan Pemimpin Masa Depan
Berita

Abdul Mu’ti Dorong IPM Hadirkan Pemimpin Masa Depan

14/07/2025
Logo Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT)
Artikel

3 Cara Mudah Mengakses Kalender Hijriah Global Tunggal

14/07/2025
Next Post
Proses Pemilu Belum Selesai, Mu’ti Ajak Bersabar Hingga Pengumuman Resmi KPU

Negara Bisa Hebat Asal Menjaga Persatuan dan Bersih dari Korupsi

Haedar Nashir Terima Penghargaan dari Universiti Malaysia Kelantan

Haedar Nashir Terima Penghargaan dari Universiti Malaysia Kelantan

LP UMKM Koordinasikan Pengembangan BTM

LP UMKM Koordinasikan Pengembangan BTM

BERITA POPULER

  • Mahasiswa Kristen, Laura Amandasari: Kampus Muhammadiyah Rumah Kedua Saya

    Mahasiswa Kristen, Laura Amandasari: Kampus Muhammadiyah Rumah Kedua Saya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mazhab Hukum yang Dianut Muhammadiyah Adalah Mazhab Profetik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Kesehatan Mental melalui Perspektif Al-Qur’an dan Hadis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kalender Hijriah Global Tunggal: Langkah Bersejarah Muhammadiyah untuk Persatuan Umat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Haedar Nashir: Banyak Orang Berebut Menjadi Penentu Kehidupan, Tidak Banyak Berebut Menjadi Pemersatu Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Haedar Nashir Akan Terima Penghargaan Bintang Legiun Veteran RI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah dan PGI Dialog Tantangan Agama dan Pentingnya Pendidikan Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klinik dr. Sjarief PKU Resmi Dibuka, Lengkapi Layanan Kesehatan Muhammadiyah di Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Dukung Sepakbola Nasional lewat Peresmian Lapangan UMY

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.