MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta, Yayan Suryana, menegaskan pentingnya pengetahuan agama sebagai fondasi untuk membangun kesadaran ketuhanan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Kajian Ahad Pagi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Ahad (25/05), ia mengajak jemaah untuk terus memperdalam ilmu agama guna memperkuat hubungan dengan Allah SWT.
Yayan menjelaskan bahwa pengetahuan agama memengaruhi kedalaman pengalaman ketuhanan seseorang. “Orang yang memahami makna bacaan salat akan memiliki pengalaman spiritual yang berbeda dibandingkan yang hanya tahu bacaannya tanpa memahami maknanya,” ujarnya.
Ia memberikan contoh sederhana, seperti perbedaan antara salat yang bacaannya dilisankan dengan yang hanya diucapkan dalam hati. Menurutnya, bacaan salat yang dilisankan sesuai syariat akan memberikan dampak lebih mendalam pada kekhusyukan, sementara bacaan dalam hati cenderung mempercepat salat dan mengurangi kualitasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya memilih doa yang proporsional sesuai konteks, seperti memilih doa “Allahu akbar kabira” untuk salat malam yang lebih panjang atau “Allahumma baid baini” untuk salat berjamaah agar sesuai durasi.
Lebih lanjut, Yayan mengingatkan bahwa sikap batin saat menghadap Allah, apakah dengan penuh keikhlasan atau membawa beban dosa, juga memengaruhi kualitas ibadah. “Pengetahuan agama akan membimbing kita menuju kebajikan dan amal saleh, yang merupakan esensi takwa,” tegasnya.
Yayan mendefinisikan takwa sebagai kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aktivitas, hingga mencapai tingkat ihsan. Berdasarkan hadis, ihsan ialah beribadah seolah melihat Allah atau merasa selalu dilihat oleh-Nya.
Ia menganalogikan kesadaran ini dengan keberadaan CCTV buatan manusia, yang meski canggih, jauh kalah dibandingkan “CCTV Allah” yang merekam setiap perbuatan hingga akhir zaman. “Orang yang sadar akan pengawasan Allah akan menjalani hidup sesuai kehendak-Nya,” katanya.
Selain ibadah khusus seperti salat, zikir, dan haji yang memiliki tata cara spesifik, Yayan juga menekankan ibadah umum yang berbasis kemaslahatan umat. Ia menyebutkan akhlak mulia sebagai wujud ketakwaan, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa takwa dan akhlak mulia adalah kunci masuk surga.
Contoh sederhana seperti senyum, membuang duri di jalan, hingga membantu memperbaiki infrastruktur kampung tanpa pamrih, mencerminkan ketundukan kepada Allah.
Yayan mengapresiasi jemaah, terutama generasi muda, yang konsisten menghadiri majelis taklim untuk memperdalam ilmu agama. “Niat utama kita adalah mencari rida Allah. Manfaat lain seperti silaturahim atau sarapan pagi hanyalah efek samping,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa setiap amal harus didasari niat ikhlas karena Allah, sebagaimana sabda Rasulullah, “Innamal a’malu binniat” (sesungguhnya amal tergantung pada niat).