MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Dalam khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Qaem Aulassyahied, menguraikan karakter ajaran Islam yang waqi’iyun (realistis) dan sesuai dengan fitrah manusia.
Mengutip Syekh Yusuf Al-Qaradhawi dalam kitab Kaifa Nata’ammal Ma’as-Sunnah An-Nabawiyah, Qaem menegaskan bahwa Islam diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup yang selaras dengan kodrat manusia, termasuk dalam mengakui potensi kesalahan manusia.
“Islam tidak memandang manusia seperti malaikat yang tak pernah bermaksiat. Sebaliknya, Islam menyadari bahwa manusia pasti melakukan kesalahan dalam perjalanan menuju keimanan,” ujar Qaem.
Untuk memperkuat argumennya, Qaem merujuk pada sabda Rasulullah SAW: “Kullu bani Adam khattha’un, wa khairul khattha’in at-tawwabun” (Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah mereka yang bertaubat). Ia juga mengutip hadis riwayat Imam Muslim yang menyatakan bahwa Allah justru mengampuni umat yang berdosa lalu beristighfar, sebagai bukti kasih sayang-Nya.
Lebih lanjut, Qaem menjelaskan bahwa Islam memberikan solusi untuk menghapus kesalahan melalui kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah: “Ittaqillaha haitsu ma kunta, wattabi’is-sayyi’ata al-hasanata tamhuha” (Bertakwalah di mana pun kamu berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya).
Namun, ia memperingatkan agar umat tidak salah memahami konsep ini. “Ada yang keliru berpikir bahwa dosa besar, seperti korupsi miliaran rupiah, bisa dihapus dengan sedekah kecil. Ini pemahaman yang salah,” tegasnya.
Menurut Qaem, ada dua syarat agar kebaikan dapat menghapus dosa. Pertama, kebaikan harus selevel dengan keburukan yang dilakukan. Ia memberi contoh kisah seorang perempuan dukun yang ingin bertaubat. Para sahabat menyarankannya untuk berbakti kepada orang tua seumur hidup, bukan sekadar melakukan amalan kecil, karena dosa syirik yang dilakukannya sangat besar.
Kedua, kebaikan seperti salat, puasa, atau sedekah hanya dapat menghapus dosa-dosa kecil dengan syarat menjauhi dosa-dosa besar, sebagaimana sabda Rasulullah tentang salat lima waktu, Jumat, dan Ramadan yang menjadi penghapus dosa kecil.
Dalam khutbah kedua, Qaem mengajak jemaah untuk berdoa agar Allah mempertahankan keimanan dan ketakwaan, mengampuni dosa, serta memberikan kesempatan untuk melakukan kebaikan yang setara dengan kesalahan. Ia juga memohon agar Allah menjauhkan umat dari perbuatan dosa besar.
Khutbah ini mengingatkan jemaah akan sifat Islam yang realistis namun penuh harapan, mengajak untuk terus bertaubat dan memperbaiki diri. “Barakallahu li wa lakum fil Qur’anil ‘azhim,” tutup Qaem, disambut doa bersama jemaah.